Material Letusan Merapi Terbawa Angin ke Utara
MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Material letusan yang menyembur dari puncak Gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, terbawa angin ke arah utara, sehingga terjadi hujan abu di sekitar Kabupaten Boyolali, Jumat (1/6).
"Sewaktu letusan angin mengarah ke barat laut, tetapi kemudian terjadi perubahan angin ke arah utara, kami sudah mendapat informasi kalau di sekitar Pos Jrakah (Boyolali) sudah terjadi hujan abu," kata Triyono petugas pengamat Gunung Merapi di Pos Babadan Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang di Magelang, Jumat (1/6).
Letusan Gunung Merapi terjadi sekitar pukul 08.20 WIB dengan durasi dua menit dengan ketinggian kolom asap 6.000 meter.
Status aktivitas Gunung Merapi hingga saat ini masih berada di level II atau waspada.
Hingga sekitar pukul 09.45 WIB, masyarakat berkumpul di sekitar Pos Babadan yang berjarak sekitar 4,4 kilometer barat daya puncak Gunung Merapi.
Warga lain seperti di Tlatar, Sawangan, Sewukan, Jombong, Grogol (Kabupaten Magelang) juga berkumpul di berbagai tempat di pinggir jalan kampung masing-masing sambil mengarahkan pandangan mereka ke arah puncak Gunung Merapi.
Langit di sekitar Gunung Merapi terlihat cerah sehingga puncak gunung tersebut terlihat dengan jelas.
Kepala Desa Krinjing Ismael mengatakan, warga tetap meningkatkan kewaspadaan terkait aktivitas Gunung Merapi sambil melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti mengelola lahan pertanian, mencari rumput untuk ternak, dan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga.
"Warga tetap waspada," kata dia.
Saat terjadi letusan Merapi Jumat (1/6) pagi, ia sedang mengikuti upacara Hari Lahir Pancasila di halaman Kecamatan Dukun.
"Saya lalu ke sini (Pos Babadan, Red.) untuk ikut memantau perkembangan Merapi," kata dia.
BNPB dan PVMBG Luncurkan Aplikasi Cek Posisi untuk Gunung Merapi
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), meluncurkan aplikasi Cek Posisi untuk Gunung Merapi. Aplikasi ini menggunakan tautan tautan yang tertaut ke Google Maps.
Saat ini, aplikasi Periksa Posisi untuk Gunung Merapi dapat diakses menggunakan ponsel android dan iphone atau ponsel lainnya secara online, melalui tautan sebagai berikut: https://siaga.bnpb.go.id/CekPosisiMerapi
BNPB dengan PVMBG akan terus memperbarui informasi mengenai zona berbahaya, yang direkomendasikan oleh PVMBG. Pada status siaga pada Senin (21/5) adalah Radius 3 km. Informasi akan selalu diperbarui sesuai dengan kondisi terkini dari Merapi Volcano Merapi PVMBG yang direkomendasikan.
Dengan demikian, aplikasi Cek Posisi Gunung Merapi akan sangat membantu bagi masyarakat sebagai panduan pembinaan atau posisi aman di kawasan Rawan Bencana (KRB) Letusan Gunung Merapi.
Penggunaan aplikasi Check Positioning sangat mudah, hanya dengan mengklik tautan yang telah terhubung ke Google Maps, itu akan menampilkan peta dalam mode hybrid dan satelit, dan posisi kita saat menggunakan google maps.
Sebagai catatan akurasi posisi pengguna tergantung pada perangkat yang digunakan. Untuk perangkat yang sudah mendukung GPS dan AGPS dan GLONASS tentu memiliki akurasi yang lebih baik karena ada fasilitas GPS offline dan online.
Berikut langkah-langkah untuk menggunakan aplikasi Pemeriksaan Posisi untuk Gunung Merapi:
Melalui Browser: Buka browser HP Anda, Ketik: https://siaga.bnpb.go.id/CekPosisiMerapi
Tautan ini akan terhubung dengan peta KRB yang telah terhubung ke Google Maps.
Klik buka tautan simpan otomatis di Maps
Perhatikan lokasi Anda. Pastikan berada di luar zona peringatan yang ditentukan (KRB).
Berdasarkan pembaruan KRB Gunung Merapi, 21 Mei 2018, status Tingkat II (Waspada) untuk radius 3 km dijelaskan dengan lingkaran merah (seperti yang ditunjukkan pada peta).
Silakan digunakan sebagai panduan untuk melihat apakah tempat tinggal / posisi kami berada di area yang terancam oleh pegunungan atau di tempat yang aman.
Berikut adalah pembagian Zona Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi:
KRB III: Dijelaskan dengan area merah, sering kali awan panas, aliran lava, batu jatuh, gas beracun dan semburan batu (pijar) hingga 2 km radius.
KRB II: digambarkan sebagai merah muda, berpotensi terkena aliran awan panas, gas beracun, batu jatuh (pijar) dan aliran lava. (Antaranews.com/bnpb.go.id)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...