Media Asing ‘Bully’ Indonesia Habis-habisan Soal LGBT
SATUHARAPAN.COM – Gelombang penolakan pada keberdaan kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), yang dilontarkan oleh sejumlah pejabat, baik di parlemen maupun pemerintahan, telah menghadirkan pandangan buruk pada Indonesia. Sejumlah media asing menuliskan Indonesia telah melakukan tindak diskriminasi dengan menyudutkan kaum LGBT.
Salah satu media online di Amerika Serikat, Quartz, menilai Indonesia tidak layak lagi menggunakan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Sebab, menurut media itu, semboyan tersebut seharusnya bermakna persatuan dalam keragaman, sementara masyarakat Indonesia menolak keberadaan kaum LGBT.
“Banyak orang Indonesia membual tentang kesediaan negara menerima segala macam orang. Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, tapi kenyataanya berbagai postingan di Twitter menggunakan tagar #TolakLGBT,” tulis Quartz dalam berita berjudul ‘LGBT is a disease, not a human right—a growing movement in Indonesia rejects gay rights’ yang dipublikasi hari Selasa (16/2).
“Artinya, masyarakat Indonesia sudah secara terbuka menolak keberadaan LGBT,” media tersebut menambahkan.
Bahkan Quartz menilai penerimaan Malaysia pada kaum LGBT jauh lebih baik dibandingkan Indonesia. Kaum homoseksual dan waria masih sering menghiasi layar televisi. Di kota-kota besar Malaysia pun, masyarakat dapat menerima keberadaan komunitas LGBT.
Quartz juga mengutip hasil survei yang dilakukan Gallup pada tahun 2014, dimana menyatakan hanya 3 persen orang Indonesia yang mengatakan wilayahnya adalah tempat yang nyaman untuk kehidupan komunitas LGBT.
Di akhir artikelnya, Quartz mengutip twit salah satu ustad ternama Indonesia, Abdullah Gymnastiar, yang mengatakan, “Ternyata Starbucks nyata sekali mendukung dan penyumbang LGBT, setiap cangkir jadi ikut jadi donatur.”
Quartz mengatakan twit tersebut banyak dihina di media sosial, karena dipublikasi melalui telepon genggam merk iPhone, yang chief executive officernya–Tim Cook –adalah seorang gay.
BBC Ikut Bully Indonesia
Media asal Inggris, BBC, juga ikut menyayangkan sikap Indonesia terkait LGBT. Lewat tulisan wartawannya di Indonesia, BBC memojokkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang mengagungkan konsep Nawa Cita.
Menurut tulisan berjudul ‘Soal LGBT, benarkah pemerintah Jokowi lepas tangan?’, BBC mengatakan salah satu poin di dalam Nawa Cita adalah penghapusan segala bentuk diskriminasi, termasuk yang berkaitan dengan orientasi seksual.
Lebih lanjut, BBC menyentil pernyataan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, usai rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, hari Selasa (16/2), yang menuding ada rekayasa sosial terkait apa yang disebut penyebaran LGBT. Khofifah menceritakan peristiwa yang terjadi di Kota Lombok belum lama ini, dimana seorang anak laki-laki dari keluarga kurang mampu jadi mengenakan lipstik bak seorang perempuan setelah dua minggu menerima hadiah.
BBC langsung mempertanyakan apakah Khofifah mengikuti proses yang terjadi kepada anak laki-laki tersebut selama dua minggu? BBC pun menyangkan Khofifah tidak menjelaskan secara detail lokasi dan peristiwa yang sesungguhnya terjadi pada anak itu.
BBC kemudian menegaskan Pemerintahan Presiden Jokowi seperti lepas tangan melihat diskriminasi yang tengah terjadi pada kaum LGBT dengan pernyataan ahli hukum, Todung Mulya Lubis.
BBC menuliskan bahwa menurut Todung kaum LGBT memiliki hak yang sama dengan siapa pun sebagai manusia, sebagai warga negara. Tapi yang terjadi belakangan ini, LGBT dianggap mahluk kotor, tak bermoral, yang harus dilenyapkan. Itu merupakan sikap inkonstitusional. Bahkan yang menyedihkan, Pemerintah Presiden Jokowi seperti lepas tangan saja.
Kemudian, Todung mengatakan, memang Presiden Jokowi tidak mendiskriminasi kaum LGBT, namun Presiden Jokowi juga tidak bersikap saat para menteri, pejabat serta lembaga-lembaga resmi yang berada di Pemerintahannya mendiskriminasi kaum LGBT.
“Ironisnya, 'revolusi mental' itu sebetulnya adalah istilah kunci pemerintahan Jokowi, tapi itu tak tercermin sama sekali dalam hingar-bingar soal LGBT. Begitu marak penolakan dan kebencian terhadap LBGT belakangan ini, padahal salah satu butir Nawa Cita menghapuskan diskriminasi, termasuk kepada yang berorientasi seksual berbeda,” kata Todung seperti dituliskan BBC.
Editor : Bayu Probo
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...