Media Asing Ramai Beritakan Hary Tanoe Capres Tahun 2019
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sejumlah media internasional memberitakan kemungkinan Hary Tanoesoedibjo bertarung pada pemilihan presiden tahun 2019, mengikuti jejak partner bisnisnya dari AS, Donald Trump, yang maju dan berhasil memenangi pilpres di AS.
"Jika tidak ada satu orang pun yang saya yakin dapat menyelesaikan persoalan negara ini, saya mungkin akan mencoba bertarung untuk menjadi presiden," kata dia kepada media dari Australia, ABC dalam wawancara yang disiarkan pada hari Senin (2/1)
"Bukan untuk diri saya sendiri tetapi untuk negara," kata Hary Tanoe.
Media Inggris, The Guardian, juga menurunkan laporan yang sama.Hanya saja media ini memberikan catatan bahwa Hary Tanoe sudah lama menerjuni politik, bukan seperti Trump yang baru tahun-tahun belakangan melibatkan diri pada pertarungan menjadi capres.
Perlu dicatat, Hary Tanoe sempat bertarung untuk mendapatkan nominasi cawapres pada tahun 2014. Namun tidak berhasil. Pada piplres 2014, ia mendukung Prabowo Subianto sebagai presiden, yang akhirnya dikalahkan oleh Presiden Joko Widodo.
Liputan media asing terhadap Hary Tanoe mengemuka terutama untuk menyoroti hubungan bisnisnya dengan Donald Trump. Hary Tanoe, yang terkenal lewat bisnis media yang berinduk pada MNC Group, saat ini bekerja dengan Trump dalam dua proyek, di Bali dan di Jawa Barat.
ABC telah mengunjungi proyek di Jawa Barat dan Bali, termasuk hotel dengan merek Trump, 300 vila, sebuah country club dan lapangan glof 18 hole yang didisain oleh Ernie Els.
Media internasional mengkhawatirkan adanya konflik kepentingan antara jabatan presiden Donald Trump dengan bisnisnya, termasuk yang di Indonesia. Trump sebelumnya pernah mengatakan tidak akan ada kesepakatan baru dalam bisnisnya sepanjang masa jabatan kepresidenannya. Ia juga mengaskan bahwa dua anaknya akan bertanggung jawab menangani bisnis selama ia menjadi presiden.
Namun, The New York Times menengarai janji itu tidak ditepati. Sebab, belum lama ini Trump menegaskan bahwa rencananya untuk melakukan kemitraan bisnis di Indonesia tetap berjalan. The New York Times Sabtu lalu melaporkan perusahaan Trump menegaskan bahwa mereka masih memiliki kontrak yang mengikat dengan dua proyek resor di Indonesia. Saalah satunya akan menjadi resor terbesar di Bali dan akan menghadap ke sebuah kuil Hindu.
Hal ini telah memunculkan kritik sekaligus ketidakpastian akan cara Trump memerintah. Dikhawatirkan kebijakan Trump akan dipengaruhi oleh kepentingan bisnisnya, sehingga diplomasi tidak dapat berjalan semestinya.
“Kemungkinan akan ada dua pemimpin dunia yang menjadi mitra bisnis. Akan sangat tidak mungkin menjalankan diplomasi dengan cara patut. Itu tidak akan bekerja," kata Richard W. Painter, seorang pengacara etik di Gedung Putih di era George W. Bush, kepada The Times.
Hary Tanoe menepis anggapan dia sering melakukan kontak dengan Trump. "Tentu saya memiliki akses kepadanya karena kami berada dalam interaksi kerjasama," kata Hary Tanoe. Namun komunikasi sehari-hari, menurut dia. sebagian besar ia lakukan dengan anak-anak Trump.
"Ketiganya mereka (anak Trump). Masing-masing mereka memiliki peran yang berbeda. Don junior bertanggung jawab terhadap keseluruhan proyek, Erick dalam desain dan golf dan Ivanka lebih ke hal terperinci," kata dia.
Menurut ABC, salah satu yang mungkin menghalangi ambisi Hary Tanoe menjadi presiden adalah etnisitasnya. Dan saat ini, menurut ABC, muncul mood negatif terhadap kalangan etnis Tionghoa dan Kristen akibat kasus penistaan agama yang didakwakan kepada Ahok.
Namun Hary Tanoe optimistik. "Jika presiden, Jokowi, merespons cukup cepat, tidak akan terjadi unjuk rasa di bulan Desember," tutur dia.
Baca Juga:
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...