Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 10:02 WIB | Jumat, 22 November 2013

Media Australia: Indonesia Juga Sadap Australia

Kepala BIN, Marciano Norman. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Media Australia The Australian pada Jumat (22/11) melaporkan bahwa lembaga intelijen Indonesia, Badan Intelijen Negara (BIN) selama tahun ini terus memperkuat kemampuannya untuk memata-matai Australia dan negara tetangga lainnya. Indonesia menurut laporan itu sudah meningkatkan unit intelijen militernya dan membeli alat sadap baru. 

The Australian mengatakan, Indonesia juga memata-matai tetangganya walaupun Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pernah mengatakan bahwa negaranya tidak perlu memata-matai pemerintah asing.

Kepala BIN, Marciano Norman, dikatakan juga sudah memerintahkan pada agen-agennya supaya memata-matai negara lain dengan prioritas target para personil spionasenya. Serta peningkatkan kemampuan intelijen dalam pengumpulan informasi dan melindungi informasi rahasia.

Sementara Hendropriyono mantan kepala BIN mengaku tak terkejut mendengar disadapnya telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, karena setiap kedutaan besar di dunia melakukan pengumpulan data intelijen.

Setiap kedutaan besar di dunia memiliki staf yang melakukan misi intelijen, dengan mengumpulkan inforamsi dengan segala cara, termasuk cara-cara "hitam."

Yang bertanggung jawab dalam kasus penyadapan ini, menurut Hendropriyono, adalah duta besar yang menjabat saat penyadapan terjadi. 

"Duta besar bertanggung jawab terhadap tingkat operasional pengumpulan informasi," kata Hendropriyono dalam wawancara dengan ABC. 

Duta besar yang menjabat saat itu juga harus menerima konsekuensi penyadapan.

"Penyadapan adalah cara terselubung mengumpulkan data, dan tidaklah etis dalam dunia diplomasi," komentarnya, "Kalau ada kebocoran aktivitas, maka mereka harus menerima konsekuensinya." 

Menurut Hendropriyono, harus ada keterbukaan dalam menginvestigasi tuduhan-tuduhan tersebut. 

"Kita tak tahu dia dimana sekarang. Namun ia harus bertanggung jawab," jelasnya, "Kita akan cari tahu bersama dengan pihak-pihak berwenang terkait, kita akan cari tahu siapa pelakunya, apa hukumannya."

Namun, situasi ini juga bisa diselesaikan dengan permintaan maaf dari Abbott, dan bukan dari duta besar.  

"Itu cara terbaik. Minta maaf, maafkan, lupakan," jelas Hendropriyono, yang pada tahun 2004 pernah mengaku dalam wawancara di televisi bahwa Indonesia telah memata-matai Australia. (radioaustralia.net)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home