PBB: Situasi Kemanusiaan di Gaza Memburuk
GAZA, SATUHARAPAN.COM - Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk satu tahun setelah dilakukan gencatan senjata yang mengakhiri pertikaian antara Israel dan penguasa Hamas di daerah itu, kata pejabat PBB, Kamis (21/11).
“Setelah 12 bulan, harapan untuk terciptanya perbaikan yang signifikan di tempat itu belum teralisasi,” kata James Rawley, koordinator kemanusiaan PBB untuk teritorial Palestina.
“Saya menyesal harus melaporkan bahwa situasi untuk 1,7 juta penduduk Gaza lebih buruk dari sebelum terjadinya permusuhan satu tahun lalu” antara 14 dan 21 November, kata dia.
Saat berbicara di sebuah konferensi pers menandai peringatan gencatan senjata itu, Rawley mengatakan krisis bahan bakar dan energi menjadi penyebab utama situasi tersebut.
Robert Turner, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, menekankan dampak penutupan terowongan penyelundup di bawah perbatasan sejak penggulingan mantan presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli yang dilakukan militer Mesir.
“Penutupan terowongan menyebabkan kelumpuhan konstruksi sektor swasta, karena itu memperparah ketegangan akibat adanya larangan bahan konstruksi dari Israel untuk sektor swasta,” kata kepala UNRWA tersebut.
Kedua pejabat itu mengecam keputusan Israel untuk melarang impor bahan-bahan bangunan – termasuk kepada badan-badan internasional – sejak 13 Oktober, setelah ditemukannya terowongan yang digali pejuang Hamas untuk melancarkan serangan.
Oxfam mengatakan warga Gaza masih “terjebak di bawah blokade Israel dan sebagian besar terputus dari dunia luar” walaupun sudah dilakukan gencata senjata yang ditujukan untuk mempermudah mobilisasi orang dan barang ke dalam dan ke luar daerah itu.
“Ekspor keluar Gaza yang diizinkan menurun sejak pertengahan 2012 dan nelayan serta petani Palestina tidak mendapat akses ke area-area yang paling produktif,” kata badan amal Oxfam dalam sebuah pernyataan. (AFP)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...