Meghan-Harry Akan Ungkap Isu Perpecahan Kerajaan ke Oprah
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Wawancara Oprah Winfrey yang menampilkan narasumber Pangeran Harry dan istrinya Meghan Markle akan ditayangkan di televisi AS pada Minggu (7/3) malam.
Tayangan itu dilakukan di tengah suasana antara pasangan dan monarki Inggris -yang disebut pengamat kerajaan- "beracun.”
Terakhir kali wawancara dengan anggota keluarga kerajaan menarik perhatian sebanyak ini adalah ketika mendiang Putri Diana muncul di televisi untuk berbagi masalah pernikahannya yang gagal dengan ayah Harry, Pangeran Charles.
Setelah memutuskan hubungan resmi kerajaan mereka, Duke dan Duchess of Sussex akan menjelaskan mengapa mereka meninggalkan Inggris untuk pindah ke California dan memulai hidup baru.
“Saya siap untuk berbicara,” Meghan, mantan aktris Amerika, mengatakan kepada Winfrey dalam kutipan yang ditampilkan di stasiun AS, CBS, pada hari Jumat (6/3).
Para pengkritik Meghan dan Harry mengatakan pasangan itu menginginkan posisi glamor tanpa dedikasi atau pengawasan.
Sementara bagi pendukung mereka, perlakuan Meghan dan Harry menunjukkan bagaimana sebuah institusi Inggris yang sudah ketinggalan zaman menyerang seorang perempuan birasial modern, dengan nada rasialisme.
Dalam kutipan lain yang dirilis sebelum siaran, Meghan menuduh Istana Buckingham "membuat kebohongan terus menerus" tentang mereka, mengatakan mereka tidak akan tinggal diam untuk menceritakan kisah mereka.
Seorang sumber yang dekat dengan Harry dan Meghan mengatakan mereka ingin menyampaikan pendapat mereka saat memulai babak baru - pindah rumah dengan bayi setelah mengakhiri tugas kerajaan dan berhasil dalam melawan sebuah tabloid di ranah hukum.
Balas Dendam
Beberapa ahli mengatakan wawancara itu dapat merusak keluarga kerajaan, seperti halnya perpecahan antara Charles dan Diana.
"Wawancara itu adalah bentuk balas dendam," kata komentator kerajaan Richard Fitzwilliams kepada Reuters. "Orang-orang teringat dengan serangan konstan terhadap satu sama lain oleh Charles dan Diana, yang sangat merusak monarki di tahun 1990-an.”
Sejak pernikahan mereka pada Mei 2018, yang menampilkan semua kemegahan acara kerajaan Inggris tradisional dengan taburan bintang Hollywood, Harry dan Meghan telah menjadi selebriti dunia.
Namun mereka menentang gangguan media dan berhasil memenangkan kasus hukum melawan fotografer dan surat kabar. Mereka memenangkan kasus privasi terhadap Mail on Sunday yang mencetak kutipan dari surat Meghan untuk ayahnya yang terasing.
Perpecahan di dalam House of Windsor juga muncul, dan Harry mengakui bahwa dia telah berselisih dengan kakak laki-lakinya, Pangeran William.
Keputusan untuk melakukan wawancara dengan Winfrey, yang direkam sekitar dua minggu lalu, telah menuai kritik. Kritik itu muncul karena wawancara itu akan ditayangkan saat kakek Harry yang berusia 99 tahun, Pangeran Philip, suami ratu, berada di rumah sakit.
Ada juga tuduhan perisakan terhadap Meghan yang pertama kali muncul di The Times. Surat kabar itu melaporkan seorang asisten senior mengeluh pada Oktober 2018 mengenai staf yang menuduh Meghan telah membuat beberapa asistennya menangis. Meghan dikatakan memperlakukan asisten-asistennya dengan sangat buruk sehingga mereka berhenti.
Istana Buckingham, yang tidak mengomentari wawancara tersebut, mengatakan akan menyelidiki klaim tersebut, dengan mengatakan pihaknya "sangat prihatin.”
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Meghan mengatakan dia "sedih dengan serangan terbaru terhadap karakternya, terutama sebagai seseorang yang telah menjadi target perisakan."
Fitzwilliams mengatakan langkah Istana tampaknya merupakan "serangan pendahuluan" menjelang wawancara dilakukan.
Pada hari yang sama dengan penayangan wawancara, anggota keluarga Ratu Elizabeth akan menyampaikan pesan Hari Persemakmuran di televisi.
Wawancara Winfrey akan disiarkan di Inggris pada hari Senin (8/3) dan di banyak negara lain di seluruh dunia.
"Saya belum melihat antusiasme sebesar ini untuk cerita yang berhubungan dengan bangsawan Inggris sejak pernikahan Meghan dan Harry, serta William dan Kate," kata Michelle Tauber, editor senior untuk majalah AS, People. (VOA)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...