Melihat Kampung Terinovatif Sidoarjo dari Sampah
SIDOARJO, SATUHARAPAN.COM – Sampah menjadi alat pembayaran resmi, bukanlah hal aneh untuk saat ini, sebab beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) sudah ada yang menerapkan hal itu di lingkungan kecil dan terbatas. Bahkan instansi pemerintah seperti PLN juga menggunakan konsep serupa untuk membeli listrik prabayar di Jawa Timur.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga menggunakan pembayaran sampah, khususnya jenis botol plastik untuk pembayaran alat transportasi bus di wilayah tersebut, yang sempat viral dan menarik beberapa pemerintah daerah lain untuk menirunya.
Dilihat dari berbagai contoh kasus di atas, memang sejatinya tidak ada yang tidak bermanfaat di dunia ini, sekecil apa pun pasti ada manfaatnya. Sampah yang sebelumnya dianggap objek tak bermanfaat pun sudah bisa dimanfaatkan, namun tetap melalui beberapa cara dan mekanisme.
Artinya, tidak instan seperti yang kita bayangkan, dan manusia diminta untuk selalu berpikir, dalam memanfaatkan setiap objek yang ada di dunia ini, agar muncul asas kemanfaatanya.
Hal itulah yang dilakukan juga di Kampung Edukasi Sampah Kabupaten Sidoarjo, yang sudah mulai memberlakukan pembayaran iuran rutin warga menggunakan sampah.
"Di kampung ini, tidak lagi menggunakan uang untuk pembayaran sampah, namun dapat dilakukan dengan menyetorkan sampah terpilah seperti botol minuman, plastik, kertas dan kardus, dan lainnya," kata Edi Priyanto, Ketua RT 23 RW 07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo.
Kampung yang terletak di pusat Kota Sidoarjo ini juga menjadi percontohan bagi kampung lain, dan termasuk kampung terinovatif dalam program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) tahun 2017-2018.
Edi mengatakan, secara rumus kimia dibutuhkan waktu selama 200 hingga 1.000 tahun, agar sampah plastik bisa terurai, juga sampah jenis pempers/popok membutuhkan 550 tahun untuk bisa terurai, dan sampah botol memerlukan waktu untuk terurai sekitar 450 tahun.
"Hal inilah yang menjadi fokus kami di kampung ini, sehingga menjadi perhatian seluruh warga dan masyarakat. Oleh karena itu, sampah yang ada di sekitar kampung kami pilah dan diolah dengan sebaik-baiknya," katanya.
Edi mengatakan, gerakan menjadikan Kampung Edukasi Sampah di wilayah Sekardangan diawali ketika kampung itu dinobatkan sebagai desa/kelurahan terinovatif pada SBH tahun 2017-2018.
Gerakan perubahan dalam masyarakat, kata dia, dilakukan bersama-sama dengan mengubah pola pikir masyarakat secara perlahan-lahan, agar berperan aktif memperbaiki lingkungannya dari tempat-tempat yang kumuh menjadi tempat yang bersih, hijau, sehat dan asri.
Edi mengaku, sempat menemui beberapa kendala di lapangan saat menerapkan konsep itu, salah satunya sikap malas dan acuh tak acuh sebagai warga yang menghambat upaya menjadikan kampung hijau.
Namun, dia bersama warga lainnya terus mendorong agar warga terlibat aktif dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya pengelolaan sampah dan lingkungan dengan mulai pemisahan sampah, hingga akhirnya menjadikan kampung itu sebagai desa/kelurahan terinovatif.
Gerakan perubahan dalam masyarakat kini terus dilakukan, bergotong-royong dengan mengubah pola pikir masyarakat secara perlahan-lahan, agar berperan aktif memperbaiki lingkungannya dari tempat-tempat yang kumuh menjadi tempat yang bersih, hijau, sehat dan asri terus dilakukan.
Edi bersama warga lain juga terus mendorong warganya untuk terlibat aktif dalam pemberdayaan dan pengelolaan sampah dan lingkungan.
Salah satunya yang kini dilakukan mulai mengembangkan budi daya hidroponik, pembuatan souvenir dari bahan daur ulang, pembuatan pupuk kompos organik, dengan menggunakan komposter aerob dan takakura, serta memproduksi pupuk cair organik secara massal.
"Kampung ini telah dijadikan role model dalam pengelolaan sampah bagi masyarakat, sehingga banyak kalangan dari masyarakat. institusi dan lembaga pendidikan melakukan kegiatan kunjungan dan belajar langsung di lokasi,” katanya.
Selain itu, kampung ini juga merupakan percontohan penerapan sistem keamanan lingkungan (Siskamling) di Kabupaten Sidoarjo, karena telah berhasil menerapkan sebuah sistem keamanan warga (Sikara), di samping juga pengawasan dan monitoring keamanan dipantau menggunakan kamera pengawas atau CCTV.
Program SBH
Program SBH 2018-2019, telah resmi diluncurkan Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin pada 24 November 2018 di Lapangan Tlesih Desa Tlesih, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Turut hadir Kepala Dinas Perhubungan Bahrul Amiq, Kepala Dinas PUPR Sigit Setyawan dan Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo,Toriquddin.
Dalam peluncuran itu juga, digelar bazar produk daur ulang dari perwakilan kecamatan se-Kabupaten Sidoarjo, dengan kegiatan diawali senam kesegaran jasmani, kerja bakti kebersihan dan penanaman pohon perindang di sekitar lokasi.
SBH merupakan, kegiatan peduli lingkungan, sebagai wahana edukasi, mengubah mindset dan perilaku masyarakat dalam meningkatkan kepedulian dan partisipasi menciptakan kelestarian lingkungan.
Dalam program SBH, masyarakat khususnya warga kampung diberikan pengetahuan tentang bagaimana pengelolaan sampah, agar sampah rumah tangga tidak dibuang begitu saja, melainkan dapat dimanfaatkan menjadi barang ekonomis atau dapat dijual.
Khusus sampah organik, dapat dimanfaatkan atau diolah sebagai pupuk, sedangkan sampah anorganik dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan atau dikomersialkan.
Setiap desa/kelurahan, menunjuk salah satu RT sebagai percontohan mengelola sampah rumah tangga, dan selanjutnya diikutkan kompetisi antardesa. Kegiatan pendampingan bertujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat agar dapat mengubah kondisi lingkungan secara signifikan.
Semangat SBH, diarahkan untuk mengubah pola pikir warga Sidoarjo, agar mau mengurangi sampah semaksimal mungkin dan diharapkan dapat mengatasi masalah sampah di Kabupaten Sidoarjo. (Antaranews.com)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...