Memasuki Dunia Putih
SATU HARAPAN.COM Saya terhenyak di depan cermin ketika menyisir ada beberapa helai rambut putih mencuat. Dengan hati-hati saya cabut rambut tersebut mengharap tinggal rambut hitam saja yang ada. Tapi ternyata rambut putih itu ada di sisi lain juga. Rasa ingin mencabut sama besarnya dengan rasa sayang kehilangan rambut. Hingga akhirnya saya memutuskan rambut putih pun berharga melihat rambut yang semakin tipis.
Keberadaan rambut putih ini membuat saya menyadari bahwa saya mulai memasuki dunia putih. Dunia di mana usia sudah tidak muda lagi, telah mengerti dan merasakan asam, manis, asin dan pahit kehidupan melalui pengalaman yang menempa. Keadaan di mana seharusnya secara mental dan emosi lebih arif dalam menimbang sesuatu.
Rambut putih juga menyadarkan bahwa saya sudah diberi waktu sedemikian banyak untuk hidup. Seperti sebuah perjalanan, pertengahan kehidupan telah terlampaui, dan implikasinya semakin dekat juga garis finis kehidupan ini. Apakah yang sudah saya lakukan? Apakah saya sekadar lewat dalam hidup atau mengisi kehidupan? Apakah saya menyusahkan orang lain atau saya membagikan kebahagiaan kepada orang lain?
Di tengah-tengah waktu yang tersisa ini, saya mengambil sikap untuk tegak melangkah memasuki dunia putih, bersiap menghadapi kenyataan bahwa secara fisik tubuh akan mulai melemah, pelan pasti pasti kerutan-kerutan kulit akan mulai bermunculan, dan rambut putih akan segera menggantikan posisi rambut hitam.
Mungkin hal tersebut dapat dihambat dengan vitamin, antioksidan, kosmetik, dan sebagainya. Namun, saya tidak dapat memungkiri proses memasuki dunia putih sudah terjadi. Semakin bergiat, semakin bijak, semakin baik, karena waktu yang ada sudah semakin singkat.
Editor: ymindrasmooro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...