Memberi Harapan—Making a Difference
Jadikanlah kehidupan orang di sekitar kita menjadi berbeda--menjadi lebih berarti.
SATUHARAPAN.COM – Seorang anak muda sedang menyusuri pantai. Di kejauhan ia melihat seorang kakek yang berjalan ke arahnya, sesekali menunduk, memungut sesuatu, lalu melemparkannya ke laut. Semakin dekat, ia melihat bahwa kakek itu sedang memungut dan melemparkan bintang laut ke laut.
Ketika cukup dekat, anak muda itu pun bertanya, ”Apa yang sedang Kakek lakukan?”
”Saya sedang menyelamatkan bintang laut agar tidak mati kekeringan,” jawab kakek tersebut.
”Kakek, bintang laut di pantai ini ada ribuan, apakah Kakek sanggup menyelamatkan semuanya?”
”Tidak”, balas Sang Kakek, ”tetapi setiap bintang laut yang kembali ke laut adalah satu kehidupan yang diselamatkan”.
Sabtu dua hari lalu, sekali lagi gempa hebat melanda dunia, kali ini Kathmandu, Nepal, 2.000 orang diperkirakan meninggal. Apa yang hendak kita sampaikan kepada mereka—bagi warga yang kehilangan anggota keluarganya, harta benda, yang melihat dunianya runtuh dalam bilangan detik, tanpa aba-aba, tanpa sempat mempersiapkan diri, tanpa jaminan bahwa kejadian menakutkan seperti itu tidak akan terjadi lagi?
Secara fisik, segalanya mungkin dapat dibangun kembali dalam beberapa tahun. Namun, pukulan batin, rasa kehilangan, trauma mendalam, bisa jadi tak akan hilang sepenuhnya.
Apakah sebenarnya maksud Tuhan mengizinkan bencana terus melanda? Hukuman atas keteledoran manuia memperlakukan alam? Lalu, mengapa mereka, dan bukan kita? Apakah kita yang tak terkena bencana, memang lebih baik dari mereka? Mungkin kita tak akan pernah menemukan jawabannya. Namun, kita bisa menemukan berkat di balik musibah ini. Kita bisa mencari harapan yang muncul dibalik penderitaan.
Tengoklah ke belakang, sejarah Republik Indonesia, apakah pernah ada peristiwa yang begitu menggetarkan yang berpotensi besar untuk mempersatukan kita, membebaskan kita dari perbedaan-perbedaan, untuk saling mendukung memperbaiki kerusakan yang telah terjadi, mengurangi trauma jiwa yang mengakar, seperti yang terjadi saat tsunami melanda Aceh? Inikah berkah yang bisa kita lihat? Cukupkah kepekaan kita untuk bisa melihat persoalan kita selama ini, dengan kacamata lain, kacamata yang mempersatukan kita? Sulit, barangkali, tetapi mungkin!
Kenyataannya, pergolakan Aceh nyaris selesai setelah dilakukan upaya-upaya perdamaian pascatsunami. Ada sejumlah pahlawan yang berbuat untuk kebaikan umatnya.
Lihatlah sekeliling kita, bukan hanya mereka di Nepal, juga mereka yang menderita di sepanjang jalan dari rumah kita ke tempat kerja? Apa harapan yang mereka punya? Bagaimana kita bisa menjadi bagian dari masa depan mereka yang lebih baik? Apa yang telah kita perbuat untuk mereka itu? Adakah tangan kita cukup panjang untuk meringankan penderitaan mereka?
Anda dan saya memiliki perasaan yang sama: kita masih kurang berbuat. Karena itu, mari kita mulai dari sekarang. Di luar waktu kerja, luangkan waktu untuk melakukan sesuatu yang membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Mungkin hanya satu orang saja. Anda barangkali hanya bisa menyekolahkan anak pembantu rumah tangga Anda saja. Tak mengapa, karena satu kehidupan telah diselamatkan!
Mari kita belajar untuk berupaya memberi harapan kepada mereka yang membutuhkan. Bukan saja mereka yang saat ini terkena bencana, tetapi juga mereka yang berada di sekeliling kita, yang membutuhkan uluran tangan dalam bentuk apa pun. Jadikanlah kehidupan orang di sekitar kita menjadi berbeda—menjadi lebih berarti.
Make a difference to the people around you!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...