Memperjuangkan Politik Kemanusiaan
SATUHARAPAN.COM - Judul ini sebuah fakta yang bisa diupayakan ataukah sebuah utopia? Memperjuangkan politik kemanusian merupakan tanggung jawab bersama. Sudah menjadi rahasia umum, jika banyak orang apatis terhadap politik karena mempersepsikan bahwa politik adalah entitas yang kotor, penuh intrik dan konflik, main sikut sana sini. Adagium minor juga disematkan bahwa dalam politik tidak ada teman sejati, yang ada adalah kepentingan abadi. Politik dimaknai sebagai upaya untuk meraih kekuasaan, tak pusing dan peduli bagaimana caranya. Entahkah beretika atau menabrak aturan yang ada, atau menghalalkan segala cara demi tujuan tercapai dengan segera. Oleh karenanya seolah Politik Kemanusiaan seperti barang langka yang sulit untuk ditemukan. Namun justru politik kemanusiaan inilah yang harus diupayakan untuk melahirkan masyarakat yang sejahtera dan bangsa Indonesia yang makmur sentosa.
Amalan Kasih
Guna menata kehidupan rakyatnya, setiap negara menjalankan kebijakan politiknya. Secara umum, kebijakan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu kebaikan dan kesejahteraan pemerintah berikut warganya. Dalam konteks bernegara tujuan ini dipandang sebagai kebaikan tertinggi. Oleh karenanya meletakkan tujuan tertinggi kebaikan dan kesejahteraan rakyat adalah hal utama dari tujuan politik itu sendiri. Lantas dari mana munculnya gagasan Politik kemanusiaan? Berawal dari inisiatif menindaklanjuti perjumpaannya dengan Sultan Malik al-Kamil di Abu Dhabi awal 2019 sekaligus mengajak semua saudara membangun tata kelola dunia yang lebih baik pasca Pandemi Covid-19, Paus Fransiskus menerbitkan Ensiklik ‘Fratelli Tutti’ on Fraternity and Social Friendship pada Oktober 2020. Ensikiklik ‘Fratelli Tutti’ menegaskan bahwa Tuhan yang Maha Esa hadir dalam setiap peristiwa dan dalam diri setiap pribadi manusia, tanpa memandang perbedaan melalui persahabatan dan persaudaraan sosial dalam wujud solidaritas dan dialog. Kehadiran Tuhan Maha yang Esa itu sekaligus mempromosikan inklusivitas yang berbasiskan nilai-nilai Kitab Suci dan kasih Kristiani yang bersifat universal (D.Watkins, 2020).
Secara khusus, dengan ensiklik ini Paus Fransiskus juga mengajukan proposal tentang ‘Politik Kemanusiaan’. Menurutnya, ‘Politik Kemanusiaan’ adalah politik berbasiskan amal kasih. Politik ini merangkul semua pihak untuk mempromosikan kemanusiaan. Politik Kemanusian juga bertujuan menempatkan kemanusiaan sebagai subjek. Dengan kata lain, politik bertujuan mewujudkan kemanusiaan. Tujuan ini berlaku tidak hanya dalam wilayah negara tersebut, tetapi meluas menuju wilayah yang makin universal. Ada semacam gerakan bersama dari negara-negara dalam menata kehidupan masyarakatnya dengan seminimal mungkin membuat kebijakan-kebijakan yang membahayakan kemanusiaan. Politik kemanusiaan mencari dan menemukan kebaikan bersama yang bersifat universal yang berbasiskan praksis amal kasih dan peningkatan martabat manusia.
Praktik Politik
Praktik politik kemanusiaan seharusnya memang menjadi tujuan dan sekaligus isi dari materi kampanye para capres dan cawapres yang sedang berkontestasi saat ini. Tak cukup menyajikan data dan angka terkait dengan apa yang akan dicapai disegala bidang yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Namun juga bagaimana kelak akan mengimplementasikan janji politik itu dalam gerak dan program kemanusiaan yang nyata. Kemanusiaan yang melintas batas suku, agama, ras dan antar golongan. Kemanusiaan yang mengatasi batasan-batasan dan sekat-sekat partai politik dengan segala kepentingan-kepentingannya.
Maka dalam kontestasi politik, entahkah di pemilu capres dan cawapres, calon legistalif dan sebagainya harus dikedepankan prinsip-prinsip politik kemanudiaan yang ditandai dengan adanya: peningkatan martabat manusia, praktik amal kasih dalam persaudaraan dan persahabatan, adanya dialog untuk menata kehidupa masyarakat dan rakyat menjadi sejahtera dan semua layanan di bidang Pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial dan budaya, makin manusiawi. Semua pemangku kepentingan Pemerintah, TNI, Polri, KPU, Bawaslu dan semua pihak harus benar-benar mewujudkan pemilu yang damai dan jujur, netral dan tidak berpihak untuk menjamin pesta demokrasi berjalan sesuai harapan rakyat dan menghasilkan pemimpin yang kredibel memimpin untuk kesejahteraan rakyat. Semoga masa kampanye hingga pelaksanaan pemilu kedepan berjalan dalam koridor politik kemanusiaan dan berjalan dalam situasi yang damai dan kondusif serta aman tentram.
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...