Menag Apresiasi Inisiatif Pesantren Gelar Muktamar Sastra
SITUBONDO, SATUHARAPAN.COM – Muktamar Sastra yang pertama dalam sejarah kesusastraan Indonesia digelar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo. Muktamar ini dibuka Menag Lukman Hakim Saifuddin dan diikuti ratusan sastrawan Indonesia.
“Inisiatif komunitas pesantren untuk menyelenggarakan Muktamar Sastra ini patut diapresiasi karena semakin menegaskan peran pesantren dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” kata Menag di Situbondo, Rabu (19/12), seperti dilaporkan Khoiron dan dilansir situs resmi kemenag.go.id.
Muktamar Sastra 2018 ini mengusung tema “Menggali Kenusantaraan, Membangun Kebangsaan”. Menag berharap momen ini dapat benar-benar menghidupkan kembali etos dunia sastra dalam merespons persoalan-persoalan kebangsaan kekinian.
Menurut Menag, muktamar ini strategis dalam konteks keprihatinan terhadap surutnya kualitas relasi agama dan budaya di Indonesia. Muktamar juga menjadi bentuk kepedulian warga pesantren untuk memberikan kontribusi kebangsaan dari perspektif dunia sastra.
“Saya amat meyakini bahwa karya sastra pada dirinya memiliki karakter sintesis yang mampu menyatukan beragam tradisi yang berbeda. Karakter sintesis tersebut saat ini amat diperlukan dalam konteks menata kehidupan masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural,” ia menjelaskan.
"Karya sastra juga memiliki watak keleluasaan untuk menyuarakan suara arus bawah, melawan ketidakadilan, dan melawan korupsi, seperti yang pernah digagas pada 2013 lalu oleh Sosiawan Leak dengan ‘Gerakan Puisi Menolak Korupsi’nya,” ia menambahkan.
Menag berharap kaum santri tak hanya menjadi konsumen sastra pihak lain, tapi mampu memproduksi karya-karya sastra yang dapat dikonsumsi semua kalangan.
Menag menilai, kegiatan yang diinisiasi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo bersama TV9 dan LTNNU Jatim ini merupakan gerakan mulia untuk menghidupkan salah satu kekayaan budaya bangsa yang menjadi salah satu unsur utama pembentuk karakter bangsa. Muktamar Sastra merupakan ikhtiar yang dilakukan para santri dan para sastrawan untuk bersama-sama menempatkan sastra sebagai media dalam menjaga keanekaragaman budaya Nusantara dan menguatkan persatuan bangsa Indonesia.
“Semoga kegiatan bersejarah ini berjalan dengan baik, menghasilkan rumusan dan spirit baru bangkitnya sastra pesantren yang dapat memperkaya kesusasteraan nasional dan semakin meneguhkan peradaban bangsa,” ia berharap.
“Semoga kegiatan-kegiatan kultural semacam ini terus berkembang, khususnya yang diselenggarakan oleh pesantren, dalam rangka mendudukkan budaya sebagai landasan dan metode dakwah di Indonesia,” katanya.
Pidato Kebudayaan Gus Mus
Ketua Panitia Muktamar Sururi dalam laporannya mengatakan bahwa ide dan inspirasi muktamar lahir di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, tepatnya saat gelaran Halaqah Ulama Ma'had Aly tahun 2017. Sejak itu, panitia melakukan serangkaian persiapan hingga terlaksananya kegiatan hari ini.
Muktamar diikuti sekitar 200 sastrawan perwakilan seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh, Medan, Kalimantan, Jawa, Ambon, dan lainnya.
“Muktamar diawali dengan pentas seni para santri di lima panggung pesantren untuk menyambut kehadiran para sastrawan,” ujarnya.
Muktamar berlangsung hasil kerja sama Pesantren Salafiyah Syafi'iyah dengan LTN PWNU Jawa Timur dan TV9. Mewakili TV9, KH Misbahul Munir juga mengapresiasi kegiatan ini. Ia berharap muktamar ke depan bisa difasilitasi oleh Kementerian Agama serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Harapan yang sama juga disampaikan Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy.
Muktamar Sastra berlangsung hingga 20 Desember 2018. Muktamar didesain dalam sidang pleno dan diskusi panel. Gus Mus (KH Mustofa Bisri, Red) dijadwalkan akan menyampaikan pidato kebudayaan dengan tajuk “Santri, Sastra, dan Peradaban”.
Subtema yang akan dibahas hingga besok, antara lain: Sejarah Kasusastraan Pesantren serta Pergumulan Kasusastraan di Indonesia. Akan diputar dan didiskusikan juga film Da'wah dan Jalan Da'wah Pesantren.
Sejumlah tokoh dijadwalkan hadir dalam Muktamar Sastra, antara lain KH R Achmad Azaim Ibrahimy, KH D Zawawi Imron, KH Mutawakkil Alallah dan Emha Ainun Nadjib.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...