Menag: Indonesia Laboratorium Kerukunan Umat Beragama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan Indonesia merupakan laboratorium kerukunan umat beragama bagi bangsa lain. Untuk itu kerukunan harus selalu dijaga. Umat beragama sudah seharusnya menghadirkan keharmonisan di tengah-tengah masyarakat.
Menag menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek Nasional 2566 Kongzili, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senin (23/2).
Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Matakin U’ung Sendana, duta besar negara sahabat, pemimpin lembaga negara, pemimpin Matakin seluruh Indonesia, pemimpin majelis-majelis agama, unsur muspida, dan umat Konghucu. Menag sendiri didampingi Ibu Menag Trisna Willy Lukman dan Kepala Badan Litbang dan Diklat Abdurrahman Mas’ud.
Perayaan Imlek kali ini mengusung tema “Kewajiban Utama Pemimpin Negara sampai Rakyat Jelata Adalah Membina Diri”. Menag berharap, umat beragama, khususnya umat Konghucu bisa lebih terpacu untuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas beragamanya, demi terciptanya hubungan sesama umat beragama terjalin dengan baik.
“Umat yang rukun dan harmonis, bisa menjadi kekuatan dalam membangun negeri ini untuk bisa lebih baik di masa mendatang,” Menag menjelaskan.
Dalam kesempatan itu, Menag mengajak umat Konghucu untuk selalu meneladankan, menumbuhkembangkan kejujuran, kesetiakawanan sosial dan saling menghargai dalam semua sendi kehidupan bermasyarakat. Menurutnya, Pemerintah telah memberikan tempat yang wajar kepada seluruh agama untuk secara bebas dan bertanggung jawab mengekspresikan nilai-nilai keagamaannya, dengan menghormati nilai kemajemukan sebagai landasan.
“Perbedaan tidak seharusnya menghilangkan nilai persatuan, sebaliknya persatuan bukan untuk menghilangkan perbedaan,” imbuh Menag.
Mewakili Presiden RI, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, berharap semangat Imlek dapat membawa kebahagiaan, kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dia berpendapat perayaan Imlek bukan hanya milik bangsa Tionghoa dan Konghucu, namun sudah menjadi milik bersama. “Bangsa kita menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika tanpa adanya diskriminasi,” papar Puan.
Kenyataan itu, menurut Puan, menunjukkan bahwa sebagai bangsa multikultural, Indonesia tidak bisa ditandingi bangsa lain dalam hal kemajemukan. “Di sinilah kekuatan kita, kebersamaan kita menjadi kesadaran bersama untuk menerima perbedaan dalam membina kerukunan. Ini harus dijaga agar bangsa ini semakin kokoh,” dia menambahkan.
Sesuai tema Imlek ini, Puan menyampaikan membina diri menjadi bagian dari revolusi mental. Membina diri berarti berusaha mengubah pola pikir dan pola hidup dengan menjunjung tinggi nilai luhur bangsa untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sasaran revolusi mental adalah membentuk masyarakat yang mandiri, kreatif, gotong royong, dan saling mengahargai. Pemerintah berharap kepada seluruh warga yang tergabung dalam Matakin bisa membantu pemerintah menggapai bangsa lebih baik lagi.
“Jadikan Imlek sebagai momentum memajukan masyarakat dan bangsa,” katanya. (kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...