Menag: Perlu Pemahaman Inklusif untuk Kerukunan Beragama
SERANG, SATUHARAPAN.COM - Seiring dengan semakin kompleksnya tantangan kehidupan keagamaan yang begitu dinamis, masyarakat Muslim Indonesia membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur`an. Keragaman masyarakat Indonesia dari segi agama, budaya, suku dan etnis, menuntut adanya pemahaman yang inklusif agar tercipta kerukunan dan keharmonisan.
Penegasan ini disampaikan Menteri Agama, Suryadharma Ali, saat membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Al-Qur’an di Serang, Banten, Selasa malam (22/05).
Menurut Menag, seperti diberitakan situs resmi Kemeterian Agama, Rabu (22/5), pemahaman inklusif sangat dimungkinkan, mengingat karakter bahasa Al-Qur`an yang terbuka untuk dipahami secara beragam. “Dalam ungkapan Imam Ali, Al-Qur`an disebut hammâlun dzû wujûhin (mengandung beragam penafsiran),” papar Menag.
Karenanya, lanjut Menag, tidak heran jika semua paham dan aliran keagamaan mengaku bersumber dari Al-Qur`an dan hadis. Keragaman aliran dan paham keagamaan sejatinya memperkaya khazanah peradaban Islam dengan berbagai alternatif pemikiran yang dapat memberikan kemudahan dan pilihan bagi umat dalam beragama. “Dalam konteks ini, perbedaan dapat menjadi rahmat,” tegas Menag.
Bagi Menag, persoalan muncul ketika perbedaan itu dibawa ke ranah yang sempit dengan balutan fanatisme yang berlebihan, sehingga melahirkan sikap saling mem-bid`ah-kan (tabdî`), saling menyesatkan (tadhlîl), merasa paling benar, dan mengkafirkan pihak-pihak lain (takfîr).
“Misi penyebaran agama (dakwah) seringkali dilakukan tidak dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat yang sangat majemuk, sehingga terjadi benturan budaya dan ketegangan di tengah masyarakat, bahkan berujung pada konflik kekerasan atas nama agama,” kata Menag.
Fenomena tersebut, lanjut Menag, tidak terlepas dari kenyataan bahwa semangat keberagamaan masyarakat Indonesia yang terasa begitu tinggi belum diimbangi pengetahuan dan tradisi ilmiah yang kuat, sehingga slogan “kembali kepada Al-Qur`an dan sunnah” yang sering kita dengar, dalam pemahaman dan penerapannya sering membuat kita berbeda, bahkan ‘berkelahi’.
Kiat Menangani Anak Kejang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Konsultan emergensi dan rawat intensif anak dari Fakultas Kedokteran Univ...