Menag Tinjau Tempat Pemulasaraan Jenazah Korban Mina
MEKKAH, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menunda kepulangannya ke Tanah Air untuk memantau langsung proses kerja tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dalam mengidentifikasi jenazah korban peristiwa Mina yang terjadi pada hari Kamis (24/9).
“Yang penting, adalah ketelitian kita. Setiap kali mereka mengeluarkan sebuah foto, selalu ada petugas kita yang melihat secara terperinci foto per foto sehingga tidak ada yang terlewat,” kata Menag kepada Zaitul Muchlis, Naif, dan Fadil, serta tim PPIH lainnya, Minggu (27/9) malam, saat berkunjung ke Majma’ ath-Thawary bil Mu’aishim, yang menjadi tempat pemulasaraan jenazah korban peristiwa Mina.
Ikut dalam monitoring identifikasi jenazah itu Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, Irjen Kemenag M Jasin, Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Muhajirin Yanis, Direktur Pelayanan Haji luar Negeri Sri Ilham Lubis, Direktur Pengelolaan Dana Haji Ramadan Harisman, Kepala Pusat Informasi dan Humas Rudi Subiyantoro, serta staf khusus Menag Hadi Rahman dan Sekretaris Menag Khoirul Huda.
Sejak pertama kali memberikan akses kepada petugas haji setiap negara, Pemerintah Arab Saudi telah merilis lebih dari 1.000 foto jenazah. Pada malam pertama pembukaan akses, hari Jumat (25/9) malam, dirilis sekitar 500 foto. Pada malam kedua kemudian dirilis kembali 350 foto. Dan pada malam ketiga, ketika Menag berkunjung, diinformasikan bahwa telah dirilis kurang lebih 300 foto.
Sementara itu foto-foto tersebut ditempel pada dinding-dinding dua buah ruangan besar dengan luas sekitar 60 meter persegi. Satu ruangan diperuntukkan menempel foto-foto sebelumnya, sedang satu ruangan untuk menempel foto-foto rilis terbaru.
Kepada Tim PPIH, Menag mengingatkan betul agar jangan sampai ada foto yang terlewati sehingga tidak sampai terperiksa.
“Kita harus yakin bahwa semua foto yang dirilis itu sudah kita lihat semua. Sebab, kalau tidak kita lihat, kita tidak bisa cek ke tempat mayat,” kata dia.
Menag mengatakan, ketelitian dalam verifikasi sangat penting. Bagaimana cara kita melakukan verifikasi itu juga akan semakin menunjukkan profesionalitas dalam bekerja.
“Semakin banyak cara memverifikasinya, itu menunjukkan keseriusan dan tingkat kecermatan dan ketelitian,” kata dia.
Sebelumnya, kepada Menag Lukman, Fadil menjelaskan mekanisme identifikasi yang dilakukan oleh Pemeritah Arab Saudi. Menurutnya, jenazah korban peristiwa Mina disimpan dalam beberapa kontainer berpendingin udara. Ketika pemeriksaan akan dimulai, kontainer dimasukkan satu persatu ke ruangan identifikasi.
“Sistemnya kontainer masuk, jenazah turun, identifikasi ada barang apa, lalu masukkan ke file, setelah itu kontainer keluar dan masuk lagi kontainer selanjutnya. Sekarang ini masih ada empat kontainer,” kata dia.
Menurut Fadil, dalam proses identifikasi, setelah jenazah diturunkan, maka akan difoto untuk dirilis dan diberi nomor jenazah. Bersamaan dengan itu, dokumen atau benda apa pun yang melekat pada jenazah akan diambil untuk kemudian dimasukkan dalam satu file (amplop) tersendiri yang juga diberi nomor jenazah.
Petugas haji, kata Fadil, mengawali identifikasi jenazah dari foto-foto yang dirilis oleh Pemerintah Arab Saudi. Jika ada kemiripan, dilakukan proses cek lanjutan dengan mencocokkan file yang tersimpan di gedung yang berbeda.
“Kalau dari segi fisik terlihat di foto ada kemiripan dengan Indonesia, kita cek ke file. Meski pernah sekali ternyata setelah dicek ternyata bukan orang Indonesia,” katanya.
Fadil mengaku proses identifikasi itu memang membutuhkan waktu. Pasalnya, ada kalanya foto sudah dirilis namun ketika akan dilakukan crosscheck ke file, ternyata file dengan nomor rilis foto yang ada belum keluar sehingga harus menunggu sampai file itu keluar.
“Ada juga yang fotonya sudah dirilis dan kita sudah menemukan, file tersebut belum muncul. Kita tunggu sekitar setengah jam, file itu baru muncul di ruang selanjutnya,” kata dia.
Kepada Menag, Fadil mengatakan bahwa secara umum identitas jemaah ditemukan dengan petunjuk gelang. Namun demikian, Fadil juga berbagi kisah keberhasilannya mengidentifikasi jenazah jemaah haji yang ternyata hanya meninggalkan handphone. Awalnya Fadil mengidentifikasi salah satu foto jenazah sebagai orang Indonesia. Setelah itu, dia melakukan pengecekan ke file jenazah tersebut sesuai dengan nomornya.
“Setelah dicek ke file, ternyata tidak meninggalkan apa-apa, hanya sebuah handphone. Kita ambil SIM card-nya, kita cek hubungan telepon terakhir dan SMS. Dari situ diketahui kalau ternyata dia adalah WNI over stayer asal Malang yang sudah 15 tahun di sini dan akhirnya kita dapat,” kata dia.
Mendengar hal itu, Menag mengatakan bahwa informasi tentang bagaimana tim PPIH menelusuri jenazah harus dapat didokumentasikan dengan baik.
“Ini menarik. Jadi berbagai variasi cara verifikasi itu dijelaskan,” kata Menag.
“Mekanisme cara kita memverifikasi juga harus didokumentasikan untuk bahan laporan,” dia menambahkan.
Selain ke ruang rilis foto, Menag juga berkesempatan melihat ruang penyimpanan file dan dokumen jenazah, serta melihat langsung kamar penyimpanan jenazah. Pantauan tim MCH, tampak beberapa jenazah yang dijejer rapih dalam sebuah ruangan berpendingin.
Sampai dengan hari Senin (28/9) dini hari, Tim PPIH telah berhasil mengidentifikasi 41 jemaah haji Indonesia yang wafat karena peristiwa Mina. Namun demikian, dari laporan yang masuk, masih ada 82 jemaah haji Indonesia yang belum diketahui keberadaannya. Untuk itu, Dirjen PHU Abdul Djamil memastikan, Tim PPIH akan terus bekerja keras melakukan penelusuran.
“Tim telah berusaha keras siang dan malam mencari jemaah yang masih belum diketahui keberadaannya dan mengidentifikasi jenazah yang telah diketahui meninggal dunia,” kata Abdul Djamil, hari Senin (28/9).(kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...