Menang atas Masalah
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:2-4)
Kita tahu, pandemi Covid-19 telah merebak ke seluruh dunia dan menimbulkan krisis kesehatan, krisis ekonomi dan hal-hal yang lain. Tetapi, di tengah masalah yang sedang dialami, kita harus percaya bahwa sikap hati yang ada di dalam itu lebih penting daripada kondisi yang dihadapi di luar. Alkitab menjanjikan kebahagiaan bahkan di tengah pencobaan ketika kita memiliki sikap hati yang tepat.
Kalau saudara pada hari ini sedang mengalami masalah dan pergumulan, apapun bentuknya, bagaimana kita bisa menang?
Ada tiga kunci yang saya lihat dari pembacaan Alkitab. Pertama, kita harus punya sikap yang optimis. Ayat 2 tadi berkata: “….anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan”.
Tidak ada kehidupan yang tanpa masalah. Dunia ini bukanlah taman untuk bermain, tetapi sebuah medan untuk berjuang. Orang Kristen yang mengharapkan kehidupan yang gampang, yang mudah, akan menjadi kecewa, karena Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang tanpa masalah. Tetapi, percayakah saudara bahwa sikap kita terhadap persoalan itu jauh lebih penting daripada besarnya persoalan itu sendiri.
Kalau kita memiliki cara pandang yang tepat terhadap masalah, maka kita akan berkemenangan. Tetapi, kalau cara pandang kita keliru tentang masalah itu, kita akan mengalami kekalahan.
Ada dua belas orang pengintai yang pernah melihat kondisi tanah Kanaan. Sepuluh orang yang pesimis dan negatif mereka berkata, "musuhnya besar-besar, mereka pasti menelan kita sampai habis". Hanya dua orang yang optimis, Yosua dan Kaleb, yang berkata memang musuhnya besar, tapi Tuhan kita lebih besar daripada masalah itu.
Saudara sekalian. Orang yang optimis berbeda dengan orang yang pesimis. Orang yang pesimis adalah orang yang selalu melihat kesempitan di tengah kesempatan. Sedangkan orang yang optimis adalah orang yang selalu bisa melihat kesempatan di tengah kesempitan. Orang percaya adalah orang yang melihat bahwa kesempitan manusia adalah kesempatan Allah untuk menyatakan kuasaNya.
Saudara sekalian. Orang yang pesimis selalu melihat dari sisi yang negatif dan buruk. Tetapi, di tengah kesulitan ini, kalau engkau memandang ada Tuhan yang selalu menyertai kita, maka sikap yang optimis itu akan memberikan kemenangan bagi kita.
Kedua, supaya menang atas masalah, kita harus memiliki pikiran yang mengerti. Ayat yang keempat tadi menunjukkan kepada kita bahwa iman yang sejati ternyata harus diuji. Ujian beda dengan pencobaan. Pencobaan itu berasal dari setan. Tujuannya destruktif, ingin menghancurkan kehidupan kita. Sedangkan ujian diijinkan Tuhan. Tujuannya positif untuk membangun kita. Seorang anak tidak akan pernah naik kelas kalau dia tidak lulus ujian. Kalaupun dia sedang diuji, guru pasti sudah mempersiapkan sehingga anak itu bisa menjawab semua soal.
Nah, kalau hari-hari ini saudara merasa hidupnya sedang diuji lalu merasa bahwa Tuhan berdiam diri, ingat rumusnya, bahwa guru selalu berdiam diri ketika ujian sedang berlangsung. Tapi, guru diam bukan karena dia jahat. Guru diam di tengah ujian yang sedang dihadapi karena dia percaya engkau bisa mengatasinya. Karena dia telah memperlengkapi kita dengan pemahaman supaya kita bisa muncul lebih dari orang yang menang.
Saudara. Iman kita sedang ditempa oleh Tuhan dan kita harus mengerti kesulitan adalah proses untuk mendewasakan dan menyempurnakan kita, membuat kita lebih bernilai. Kalau di sini ada sekeping baja yang harganya Rp100.000,-, kalau itu dijadikan sebagai tapal kuda, maka dia bisa dijual dengan harga Rp500.000,-. Kalau itu dibuat menjadi pisau lipat eksklusif, harganya bisa Rp1.000.000,-. Kalau baja tadi diproses lebih lama, lebih sulit, lebih rumit dan menjadi per arloji yang merk nya adalah Rolex, harganya bisa puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Jadi, kalau hari-hari ini saudara sedang di proses oleh Tuhan, bertekunlah, no cross no crown, no paint no gaint. Lihat atlet juara dunia, dia harus sungguh-sungguh berlatih, tidak jalan-jalan ke sana-sini, tidak tidur-tiduran. Itulah yang pada akhirnya akan membuat dia menjadi seorang juara. Jadi, kesulitan harus kita pahami, mengerti sebagai proses pembentukan supaya kita makin matang, makin dewasa di dalam Tuhan.
Kalau kita belum paham, Yakobus 1:5 tadi berkata: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
Kita harus minta hikmat Ilahi sehingga kita sadar bahwa kesulitan ini adalah proses untuk membentuk kita lebih dari pemenang.
Poin terakhir atau ketiga agar kita bisa menang atas masalah adalah memiliki hati yang percaya. Yakobus 1:6-8, berkata: “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.”
Jadi, ada tiga langkah untuk mengatasi masalah sehingga kita berkemenangan. Pertama, sikap yang optimis. Kedua, pikiran yang mengerti. Ketiga, hati yang percaya. Di tengah kesulitan yang berat tetaplah punya hati yang beriman, percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, percaya bahwa Dia selalu memelihara kita, percaya dan jangan kuatir.
Bimbang atau kuatir berasal dari kata Yunani merimnau yang artinya ditarik kedua arah yang berlawanan sehingga akibatnya kita dicekik di tengah-tengah. Itulah kondisi seseorang yang selalu kuatir. Aduh kuatir kena covid, aduh kuatir jangan-jangan kita bangkrut.
Apakah dengan kekuatiran kita bisa memperpanjang kehidupan kita? Malah memperburuk orang yang kuatir. Imun tubuhnya makin lemah.
Karena itu, yakinlah Tuhan beserta kita. Bahkan, di tengah lembah bayang maut sekalipun, gada dan tongkat Tuhan selalu ada untuk memberikan kemenangan bagi kita. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Yesus yang memberikan kekuatan kepadaku.
Pencobaan yang kita alami itu biasa, tidak melebihi kekuatan kita. Allah akan memberikan jalan keluar supaya kita bisa mengatasinya. Kesulitan diijinkan Tuhan untuk mendewasakan kita supaya kita lebih bergantung kepada Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh mengandalkan Dia, kemenangan Tuhan akan berikan. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Amin
Pdt Dr Rubin Adi Abraham
(Ketua Sinode Gereja Bethel Indonesia/GBI/Kemenag)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...