Mencari Jati Diri
”Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu!”
SATUHARAPAN.COM – Awalnya saya berpikir hanya di usia remaja seseorang mencari identitas diri. Ternyata, pertanyaan-pertanyaan seperti Siapa aku? Mengapa di sini? Untuk apa aku di sini? menjadi pertanyaan di sepanjang usia.
Dua minggu lalu, dalam acara penerimaan mahasiswa baru, saya bertemu dengan seorang yang baru diwisuda sarjana bulan lalu. ”Jangan tanya, Aku mau melakukan apa, ya Bang,” katanya, aku enggak tahu mau ngapain, aku nggak tahu apa-apa.” Padahal, dia lulus dengan IPK 3.51.
Seorang kerabat perempuan kami, di usia 53 tahun pun masih sibuk mencari jati dirinya. Sudah dua bulan lebih dia hanya tidur dua jam sehari. Dia frustasi. Dia merasa bahwa hidupnya tidak berguna, tidak berarti, dan akhirnya tidak melakukan apa-apa. ”Sudah habis hidupku hanya karena mengikut dia (suaminya) selama ini,” katanya menggebu-gebu. Padahal Sang Suami mengakui bahwa keberhasilannya menyelesaikan program doktor karena peran penting istrinya.
Identitas diri adalah sesuatu yang penting. Seseorang tidak akan pernah puas dengan apa yang dimiliki dan diraih kalau tidak punya identitas diri yang jelas. Sebaliknya, seseorang tidak akan merelakan banyak hal dalam hidupnya untuk sesuatu yang paling berharga baginya.
Seorang teman, ketika mengenalkan seorang muda yang bertalenta kepada kami, berkata, ”Dia seorang yang bisa melakukan lebih banyak dari apa yang dia lakukan saat ini. Namun, dia memilih mengerjakan hal ini karena—saya tahu—baginya inilah yang paling berharga dalam hidupnya.” Anak muda itu mengabdikan dirinya menjadi pekerja social meski lulusan universitas terbaik dengan nilai terbaik.
Masalahnya, dunia memang memengaruhi pembentukan identitas kita. Trend kekinian yang dipertontonkan di media sosial atau iklan yang menawarkan pengalaman banyak memengaruhi kita. Sehingga hal ”yang paling berharga” dalam hidup sering kali mengacu pada semua itu. Padahal kita sendiri sadar bahwa itu semua semu.
Agaknya, kita perlu melakukan apa yang disampaikan Raja Salomo: ”Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu” (Ams. 12:1). Allah telah menjadikan kita seperti diri-Nya, sehingga kita bisa mendengar Dia, mengenal Dia, mengasihi Dia, menyembah Dia, dan melayani Dia. Dalam Dia identitas kita dibentuk dan berwujud.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...