Damai dengan Semua Orang

SATUHARAPAN.COM – ”Sebetulnya saya sudah sakit hati dengan orang itu. Tetapi, kalau nanti dia mau datang, ya... saya akan berdamai dengan dia.”Ungkapan seperti ini sangat lazim kita dengar. Jika mau berdamai silakan datang kepada saya dan saya akan terbuka untuk  memaafkan. Atau, jika kita yang bersalah, kita berkata, ”Toh saya sudah minta maaf, kalau dia masih sakit hati  ya... biarkan saja!”

” Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” (Rm.12:18). Demikianlah surat Paulus kepada warga jemaat di Roma. Sangat jelas bahwa membangun hubungan damai memang bukan perkara mudah. Oleh karena itu, usahakanlah— sedapat-dapatnya!

Ternyata tekad saja tidak cukup! Upaya ”sedapat-dapatnya” menunjuk pada perjuangan yang sungguh-sungguh! Mengupayakan secara aktif! Dibutuhkan keberanian untuk memulai.  Keberanian untuk berkorban, mungkin juga dengan merendahkan diri,  mendatangi  dan membangun komunikasi. Dibutuhkan keberanian untuk mulai memberikan tangan meminta maaf.

Tentu saja dibutuhkan kebijaksanaan untuk menyelesaikan persoalan yang menjadi akar ketidakdamaian. Sebab, yang sering terjadi, berprasangka buruk dan kemudian menghakimi orang lain terjadi karena kita memakai ukuran kita sendiri, mengabaikan keadilan dan kebenaran, bahkan meniadakan penghormatan terhadap nilai nilai kemanusiaan! Apalagi bila permusuhan itu kemudian dikompori, ditularkan kepada saudara, tetangga, anak dan cucu, maka permusuhan sedemikian mengakar kuat dan berkembang luas!

Hiduplah dalam damai dengan semua orang. Undangan perdamaian perlu diwartakan kepada semua orang—kepada dunia!  Dan kita diundang menjadi partner Allah untuk sedapat-dapatnya mengupayakan perdamaian itu bagi dunia. Karena sebenarnya itulah yang dikehendaki-Nya: damai di bumi dan  sejahtera bagi semua.

Selamat merayakan Hari Perdamaian Internasional, 21 September 2016!

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro