Mencegah Ketulian Anak, Mencegah Penurunkan Kecerdasannya
JAKARTA, SATU HARAPAN.COM - Sebanyak 5,3 persen atau sekita 360 juta jiwa penduduk dunia terkena gangguan pendengaran. Separoh di antara mereka ada di Asia Tenggara, termauk Indonesia. Demikian menurut data Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO) tahun 2010.
Survei nasional pada tujuh Provinsi di Indonesia menunjukkan gangguan pendengaran dialami pada 16,8 persen (35,28 juta) penduduk dan yang menderita pada yinhkat tuli berat 0,4 persen (840.000). Setiap tahun diperkirakan lahir 5.000 bayi tuli.
Dampak utama gangguan pendengaran dan ketulian adalah gangguan komunitas, gangguan belajar dan bekerja. Prestasi sekolah dan bekerja menurun, selanjutnya bisa menggangu psikis dan fisik. Dampak terburuk terjadi pada bayi dan balita, ketidakmampuan berbicara berdampak pada pendidikan rendah.
Penderita cacat indera pendengaran harus segera ditolong agar mereka bisa berkomunikasi, hidup normal, mandiri dan berkualitas.
Ada beberapa penyebab ketulian yang dapat dicegah antara lain; congek, tuli sejak lahir (tuli kongenital), tuli akibat bising, tuli orang tua (presbikusis) dan serumen (kotoran telinga).
Cara Mencegah Ketulian Pada Remaja
Akibat pemakaian iPod, walkman, mendengarkan musik dengan volume keras secara berlebihan tanpa kendali waktu akan berakibat ketulian pada telinga.
Kunci memakai iPod yang benar adalah batasi volume pada 60 % dari volume maksimal (ini pada batas aman yaitu pada 80 Db). Batasi waktu mendengar 60 menit lalu stop pemakain headset agar organ pendengaran (koklea) dapat istirahat.
Jika Anda bekerja di pabrik atau di daerah yang tingkat kebisingannya tinggi sebaiknya menggunakan ear plug. Ear plug adalah alat untuk pelindung telinga kita. Pakailah ear plug di area bising, area di mana sulit mendengar percakapan karena bising sekitar mal, tempat hiburan, tempat kerja yang bising, bioskop, sekolah kejuruan.
Jika Anda bekerja di d
aerah kebisingan tinggi, para pekerja harus menggunakan earmuff agar tidak menjadi tuli. Earmuff adalah alat penutup telinga untuk menahan cuaca dingin atau bisa juga dipakai untuk menahan tekanan udara pada saat naik pesawat.
Menurut Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT) tingkat kebisingan di mal-mal bisa mencapai 95-128 desibel. Jika kita membawa anak-anak di mal maka anak tersebut bisa mengalami gangguan pendengaran, gangguan komunikasi, kurang cerdas, tidak naik kelas.
Berdasarkan data Komnas PGPKT tempat main anak di mal seperti dindong tingkat kebisingannya 97 desibel. Ol
eh karena itu, anak hanya boleh bermain di sana sekitar 30 menit saja. Padahal tingkat kebisingan yang hanya boleh didengar telinga adalah 80 desibel.
Editor : Yan Chrisna
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...