Mendag: Brexit Tak Pengaruhi IEU CEPA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong, menilai keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain to Exit/Brexit) tidak akan mempengaruhi kerja sama perdagangan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA).
“Pertama sudah pasti Brexit tidak terpengaruh kepada niat pemerintah Indonesia untuk mengadakan atau membuat CEPA dengan Uni Eropa. Jadi tidak ada sama sekali pengaruh,” kata Tom Lembong di kompleks Parlemen, Jakarta, hari Senin (27/6).
Mendag mengaku tengah berkoordinasi dengan kedutaan Uni Eropa di Jakarta untuk membahas dampak Brexit terhadap IEU CEPA. Dia mengatakan kemungkinan IEU CEPA akan mengalami sedikit ketertundaan akibat Brexit yang terjadi pada akhir pekan lalu.
“Saya masih sedang berkoordinasi dengan kedutaan Uni Eropa di Jakarta. Saya kira kita harus menghargai bahwa ini sesuatu peristiwa yang cukup signifikan. Jadi maklum,” kata Tom.
“Saya sangat memaklumi kalau lembaga eksekutif Uni Eopa perlu sedikit konsentrasi dulu kepada konsekuensi-konsekuensi Brexit. Bisa jadi kita mengalami sedikit ketertundaan tapi saya sangat-sangat memaklumi jika itu terjadi,” dia menambahkan.
Xin Hua melaporkan dari London bahwa rakyat Inggris yang menginginkan negaranya keluar dari UE pada Jumat (24/6) pagi waktu setempat memenangi referendum Brexit dengan mencatat perolehan 52 persen dari 71 persen suara yang masuk.
Dari total suara yang masuk tersebut, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan, sementara sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari UE.
Hasil referendum itu akan membuat Inggris menarik diri dari keanggotaan UE setelah bergabung selama 43 tahun. Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.
Wujudkan Nawacita
Thomas bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin telah melakukan pertemuan dengan pihak Komisi Eropa guna membahas scoping paper (ruang lingkup) IEU CEPA pada kunjungannya ke Brussel, tanggal 4-5 April 2016 lalu. Mereka juga melakukan pertemuan dengan Komisioner Perdagangan Komisi Eropa.
Implementasi IEU-CEPA ini supaya mampu mewujudkan agenda prioritas pemerintah (Nawacita), yaitu meningkatnya produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, khususnya Eropa.
Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Brussel bertemu Presiden Parlemen Uni Eropa Martin Schulz, hari Kamis, 21 April 2016, di Kantor Presiden Uni Parlemen Eropa di Brussels. Setelah pertemuan itu Jokowi meminta para menterinya untuk segera menindaklanjuti hasil kesepakatan dan kerja sama saat kunjungan kenegaraannya ke Eropa pada 17-23 April 2016.
"Segera dilakukan, sehingga kesempatan yang sudah ada, ada tindaklanjutnya," kata Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas yang membahas hasil kunjungan ke Eropa di Kantor Presiden, Jakarta, hari Senin (25/4/2016).
Sementara terkait hasil kunjungan ke Uni Eropa, Presiden meminta tindak lanjut dari Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang telah menyelesaikan scoping paper yang memuat aspirasi bersama mengenai kedalaman dan cakupan skema kerja sama tersebut.
"Setelah menyelesaikan scoping paper agar negoisasinya segera dilaksanakan. Apa yang dibicarakan kemarin harus ada tindaklanjut," kata Presiden.
Turun 5,4 Persen
Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan total nilai perdagangan Indonesia-Uni Eropa turun sekitar 5,4 persen per tahun. Hal itu berdampak pada penurunan surplus neraca perdagangan bagi Indonesia sebesar 14,5 persen per tahun pada periode waktu yang sama.
Sementara itu, pada 2015, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa hanya mencapai USD 3,5 miliar atau turun 16,7 persen dibandingkan nilai tahun sebelumnya yang mencapai USD 4,2 miliar.
Ekspor Indonesia ke Uni Eropa masih didominasi produk primer pertanian seperti minyak kelapa sawit, karet alam, dan kopra. Sebaliknya produk impor Indonesia dari Uni Eropa didominasi produk-produk industri seperti permesinan, peralatan telekomunikasi, suku cadang pesawat terbang, dan obat-obatan.
Dari sisi penanaman modal asing, nilai realisasi investasi Uni Eropa di Indonesia juga cenderung menurun. Pada 2014, nilai investasi Uni Eropa di Indonesia mencapai USD 3,8 miliar, dan turun menjadi USD 2,3 miliar pada 2015. Investasi Uni Eropa hanya menempati peringkat ke-4 terbesar bagi Indonesia.
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Maluku Gelar Festival Tunas Bahasa Ibu
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Balai Bahasa Provinsi Maluku menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tah...