Mendiang Pelatih Basket Universitas Tennessee Dekat dengan Kristus
TENNESSEE, SATUHARAPAN.COM – Setiap orang memiliki sikap berbeda dalam menyatakan ekspresi iman kepada Tuhan, ada yang ekspresif namun ada yang menyatakan keteguhan iman dengan cara yang lebih personal.
Seperti diberitakan Christian Post, hari Rabu (29/6), mendiang Pat Summitt, pelatih tim basket putri University of Tennessee – yang berpartisipasi di kompetisi bola basket antaruniversitas (NCAA) Amerika Serikat (NCAA) – semasa hidupnya dikenang oleh banyak orang sebagai sosok yang menyerahkan hidup dan kesuksesannya dituntun oleh Yesus Kristus. Dia dikenang sebagai sosok yang membangkitkan semangat timnya dengan cinta bagi Kristus.
Pelatih perempuan berusia 64 tahun itu meninggal dunia pada hari Selasa (28/6), setelah lima tahun berjuang menghadapi Alzheimer. Saat masih menangani klub Lady Volunteers, Summitt membantu klub tersebut mencatatkan 1.098 kali kemenangan dan delapan kali gelar juara basket nasional selama 38 tahun dia berkarier sebagai pelatih.
Christian Post menyebut banyak orang mengingat Summitt sebagai sosok penting yang membantu popularitas basket perguruan tinggi perempuan di Amerika Serikat, sehingga popularitasnya setara dengan kompetisi basket pria. Namun Christian Post berhasil mendapat testimoni seputar kehidupan rohani Summitt dari anaknya, yang juga pelatih basket, Tyler Summitt.
Tyler Summitt menceritakan ibunya adalah sosok yang rajin beribadah di gereja Baptis di Knoxville, Tennessee. “Ibu saya, selama 64 tahun hidupnya, merupakan figur yang lekat dan tidak pernah lepas dalam pelayanan dengan Juru Selamatnya, Yesus Kristus,” kata Tyler Summitt.
Tyler Summitt mengatakan falsafah hidup yang mencirikan keimanan kepada Kristus terpancar dari ibunya saat memberi nasihat tentang kehidupan. Tyler Summitt mengingat bahwa ibunya pernah mengutarakan bahwa kemenangan yang sesungguhnya bukan terjadi di arena pertandingan namun terjadi bila sukses bergaul, berbaur dan bekerja keras bersama dengan banyak orang.
Tyler Summitt ingat ibunya berdoa setiap pagi dan membaca Alkitab setiap hari. “Kami selalu pergi ke gereja,” kata Tyler Summitt.
“Jika ada yang bertanya tentang identitas Kristen dalam dirinya, dia akan benar-benar mengatakan ya,” Tyler Summitt menambahkan.
Pendeta jemaat Faith Promise Church, Chris Stephens berujar saat mendampingi Pat Summitt menjalani masa-masa kritis penyakit demensia adalah keimanan Pat Summitt sangat besar. “Saya ingat, dia (Pat Summitt,red) selalu ingin mengajak berdoa, walau dia dalam keadaan rapuh,” kata Stephens.
Stephens mengingat Pat Summitt merelakan Tuhan mengambil nyawanya karena dia telah berserah diri secara total pada-Nya.
Meskipun jadwal pertandingan kompetisi sangat padat, namun Stephens ingat hal tersebut tidak membuat Pat Summitt lupa menghadiri kebaktian, Stephens ingat Pat Summitt pernah memberi kesaksian di gereja dengan membawa banyak orang dari tim basketnya.
Stephens mengatakan dalam setiap kesaksian di kebaktian gereja, Pat Summitt menekankan kepada banyak orang bahwa kesuksesan dalam karier tidak datang sendiri, melainkan ada kuasa dan campur tangan Roh Kudus yang terdapat dalam Yesus Kristus. “Saya tidak pernah menganggap dia sebagai artis, saya menganggap dia sebagai kakak yang dapat menjadi panutan,” kata Stephens.
Kematian Summitt menimbulkan kesedihan sejumlah tokoh Amerika Serikat, termasuk Presiden Barack Obama, kandidat presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, pebasket Magic Johnson turut berbelasungkawa atas kepergian Pat Summitt.
Pebasket putri Amerika Serikat yang bermain di klub Indiana Fever, Tamika Catchings mengingat salah satu ajaran Pat Summitt yakni dalam menjalani kehidupan adalah melakukannya dengan integritas.
“Lakukan pekerjaan dengan integritas baik di dalam dan luar lapangan,” kata Catchings. (christianpost.com).
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...