Mendikbud Minta Siswa Berlibur dengan Kunjungi Museum
MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta siswa mengisi masa liburan sekolah dengan berkunjung ke berbagai museum sebagai sarana wisata dan sekaligus belajar.
"Ini sudah masa-masa liburan sekolah. Saya minta sekolah mendorong para siswa memanfaatkan liburan sekolah dengan datang ke museum-museum," katanya di Magelang, Kamis (11/6).
Mendikbud Anies mengatakan hal itu saat mengunjungi Museum Diponegoro di kompleks gedung eks-Keresidenan Kedu di Kota Magelang.
Di tempat itu Pangeran Diponegoro melakukan perundingan dengan Jenderal De Kock pada 1830 yang akhirnya Pahlawan Nasional tersebut ditangkap dengan cara licik, setelah melakukan Perang Jawa (1825-1830).
Ia menjelaskan museum adalah tempat di mana waktu dikonversi menjadi space yang membawa anak-anak mempelajari tentang masa lalu kehidupan, termasuk perjalanan bangsa.
"Anak-anak yang datang ke museum akan datang, memasuki mesin waktu," katanya dalam rangkaian kunjungan utamanya ke SMP Negeri 1 Kota Magelang dengan didampingi Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito itu.
Ia mengatakan pentingnya siswa mengunjungi museum yang menyimpan kisah dan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, seperti halnya Museum Pangeran Diponegoro itu. Anies menyaksikan berbagai koleksi museum tersebut, antara lain kursi tempat Pangeran Diponerogo berunding dengan Jenderal De Kock, termasuk bukti kemarahan Diponegoro berupa guratan kuku di kursi yang ditutup dengan kain putih dan disimpan di almari kaca, jubah Pangeran Diponegoro terbuat dari kain shantung dengan tinggi 1,57 meter dan lebar 1,35 meter.
Selain itu, juga tujuh cangkir tempat tujuh macam minuman kegemaran Diponegoro, balai-balai beralas tikar tempat Pangeran Diponegoro sembahyang, dan kitab Takrib, serta lukisan tentang Pangeran Diponegoro saat ditangkap karya Raden Saleh dan lukisan Diponegoro menunggang kuda putih karya Basuki Abdullah.
Pada kesempatan itu, ia bercerita panjang lebar tentang lukisan karya Raden Saleh terkait dengan penangkapan Diponegoro oleh Jenderal De Kock setelah lima tahun melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda yang kemudian dikenal sebagai Perang Jawa.
Ia menjelaskan Perang Jawa mengakibatkan kerugian besar pemerintah kolonial Belanda di Nusantara dan kemudian berlanjut dengan penerapan "politik balas budi" berupa pemberian kesempatan kepada orang Indonesia mengenyam pendidikan sekolah.
Ia menyebut lukisan karya Raden Saleh itu dibuat oleh pelukisnya 25 tahun setelah penangkapan tersebut. Ia menyebut karya Raden Saleh yang dipajang di pojok museum tersebut sebagai "lukisan politik".
"Karya Raden Saleh ini adalah `lukisan politik`, lukisan perlawanan terhadap penjajah. Postur tubuh tentara Belanda dalam lukisan itu dibuat tidak proporsional, sedangkan Pangeran Diponegoro dilukis dalam posisi kepala yang tegak.
Lukisan tentang diri Raden Saleh juga ada empat atau lima dalam lukisan itu, seolah-olah dia ada di tempat itu.
“Mudah-mudahan Raden Saleh bisa diangkat sebagai Pahlawan Nasional," katanya.(Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...