Mengejutkan, Menteri ESDM Tolak Bubarkan Petral
"Saya sudah berdiskusi tiga kali dengan Presiden Joko Widodo" ujar Menteri ESDM
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Walau sejumlah orang dekat Presiden Joko Widodo merekomendasikan pembubaran Pertamina Energy Trading Limited atau Petral, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, menegaskan ia tidak akan melakukannya. Menurut dia, anak perusahaan Pertamina itu akan dipertahankan karena merupakan instrumen strategis untuk kemandirian energi.
Ini merupakan penegasan yang mengejutkan setelah wacana pembubaran Petral sangat gencar selama masa Pilpres dan merupakan poin penting yang meningkatkan simpati pemilih kepada program-program ekonomi Jokowi-JK.
Mantan Deputi Tim Transisi Pemerintahan Jokowi-JK,Hasto Kristiyanto, yang sebentar lagi akan dipromosikan menjadi Sekjen PDI Perjuangan, sebelumnya mengatakan, salah satu rencana aksi yang diusulkan kelompok kerja adalah pembubaran Petral. Selain itu mereka juga mengusulkan pengalihan fungsi dan kantornya ke Pertamina selaku induk usaha di Jakarta. Ini merupakan usaha yang diharapkan dapat memperbaiki tata kelola migas agar sesuai UUD Pasal 33 Ayat 3.
Namun sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Berita Antara, Sudirman Said berpendapat lain. "Tidak harus dibubarkan. Hanya saja, pengawasannya mesti sepenuhnya ada di tangan orang yang benar-benar berpihak pada kepentingan negara. Itu harus kita cek lebih jauh," kata Sudirman Said, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (1/11).
Sudirman Said juga tidak memandang perlu memindahkan kantor Petral ke Jakarta. "Pengawasan tidak tergantung lokasi kantor. Sekarang ini, kondisi geografis tidak menjadi masalah. Banyak perusahaan, termasuk AS juga berkantor di Singapura," ujarnya.
Sudirman Said membela Petral karena menurut dia, Indonesia masih membutuhkan perusahaan tersebut sebagai sarana perdagangan migas di luar negeri. Perusahaan ini memiliki fleksibilitas, kemampuan kreditnya besar dan terdaftar di pasar internasional.
"Yang keliru adalah kalau instrumen itu dimanfaatkan secara salah. Itu yang harus ditata kembali."
Sudirman juga mengatakan, selain pengawasan, persoalan Petral tidak terlepas dari komitmen pemimpin negaranya, sebab energi terkait politik.
"Saya sudah berdiskusi tiga kali dengan Presiden Joko Widodo, dan saya dapat konfirmasi bahwa kita serius benahi energi," ujarnya.
Petral merupakan anak perusahaan yang 100 persen sahamnya dimiliki Pertamina, dan berperan sebagai kepanjangan tangan dalam impor minyak mentah dan BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perusahaan didirikan di Hong Kong dan melalui melalui anak perusahaannya, Pertamina Energy Service (PES), berkedudukan dan melakukan aktivitas di Singapura sebagai salah satu pusat perdagangan minyak dunia.
Pada 2013, Petral mengimpor minyak mentah sebanyak 327 ribu barel per hari atau meningkat 24 persen dari 2012 sebesar 264.390 barel per hari.
Editor: Eben Ezer Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...