Mengenal Empat Pahlawan Nasional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Empat tokoh telah diberi anugera gelar Pahlawan nasional oleh Presiden Joko Wiododo pada hari Pahlawan, 10 November 2021. Keempatnya adalah Tombolotutu dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur, Usmar Ismail dari DKI Jakarta, dan Raden Aria Wangsakara dari Banten.
Tombolotutu
Tombolotutu adalah tokoh pejuang Sulawesi Tengah. Dia tokoh yang terpandang dan salah satu raja di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Sebagai raja, Tombolotutu turut menjadi garda terdepan dalam garis perlawanan menghadapi penjajah Belanda kala itu.
Untuk menghadapi perlawanan Tombolotutu, Belanda sampai harus mengerahkan 170 anggota pasukan Marsose, pasukan khusus atau pasukan elite Belanda yang pernah diturunkan saat Perang Diponegoro dan Perang Aceh, menurut situs Pemerintah Daerah Parigi Mountong.
Sultan Aji Muhammad Idris
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara di Martadipura. Ia memerintah pada kurun 1735-1778. Dalam masa Kesultanan Kutai Kartanegara di Martadipura, Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menyandang nama bernuansa Islam.
Sultan Aji Muhammad Idris adalah cucu menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng. Dia berangkat ke Tanah Wajo, Sulawesi Selatan, dan turut bertempur bersama rakyat Bugis melawan Veerenigde Oostindische Compagnie (VOC), kongsi dagang Hindia Belanda di wilayah timur.
Dalam pertempuran melawan VOC, Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan perang.
Usmar Ismail
Dia dikenal sebagai bapak perfilman Indonesia. Dia pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921. Ia dikenal karena karya-karyanya sekitar 30 film, yang indah pada masa itu sekitar 1960-an. Film produksi Usmar Ismail yang terkenal yakni “Pedjuang” (1960), “Enam Djam di Djogja” (1956), “Tiga Dara” (1956), dan ”Asrama Dara” (1958).
Film karya Usmar Ismail berjudul “Darah dan Doa” yang berlatar Long March pasukan Siliwangi) yang diproduksi 1950 menjadi film pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat.
Raden Aria Wangsakara
Raden Aria Wangsakara yang dikenal sebagai pendiri Tangerang. Sejumlah catatan menyebutkan Wangsakara adalah keturunan Raja Sumedang Larang, Sultan Syarif Abdulrohman. Dia dan kerabatnya, Aria Santika dan Aria Yuda Negara, Wangsakara lari ke Tangerang karena tidak setuju dengan saudara kandungnya yang berpihak kepada VOC.
Wangsakara kemudian menetap di tepian Sungai Cisadane dan diberi kepercayaan oleh Sultan Maulana Yusuf, pemimpin Kesultanan Banten kala itu, untuk menjaga wilayah yang kini dikenal sebagai Tangerang, khususnya wilayah Lengkong, dari pendudukan VOC.
Rakyat Lekong di bawah kepemimpinan Raden Aria Wangsakara yang melakukan pertempuran selama tujuh bulan berturut-turut melawan VOC, dan berhasil mempertahankan wilayah Lengkong.
Wangsakara gugur pada tahun 1720 di Ciledug dan dimakamkan di Lengkong Kyai, Kabupaten Tangerang.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...