Loading...
INSPIRASI
Penulis: Nugroho Edy Prasetyo 01:00 WIB | Selasa, 27 Oktober 2015

Menghargai Kejujuran

Masih ada orang jujur di dunia ini.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Cerita pertama, pernah terdengar berita seorang pemulung di Sao Paulo Brazil, ketika tengah memulung barang bekas, tanpa sengaja menemukan selembar cek senilai  52.000 poundsterling atau setara dengan kurs rupiah sekarang 1 miliar rupiah yang oleh pemiliknya akan disumbangkan ke RS kanker di sana.

Dengan bekal kejujurannya,  Ana dos Santos Cruz mengantarkan cek itu ke RS kanker tersebut. Singkat cerita, buah dari kejujuran pemulung tadi, dia menjadi bintang iklan terkenal,  sekejap bisa menikmati hidup layak dan lebih dari itu Ia menjadi tersohor seperti selebriti.

Cerita kedua, ada sebuah tulisan ”Semoga kejujuran tak pernah pergi dari rumah ini”. Tulisan ini tertulis di selembar karton usang yang dipajang di atas pintu rumah seorang kakek. Dan kakek ini tetap hidup miskin di pinggiran kota di Shanghai China. Tetapi dia merasa bangga karena tak pernah menggadaikan kejujuran demi untuk bisa hidup layak. Dia rela miskin dan hanya makan dari uang pensiun yang diterima setiap bulan. Ada sebersit perasaan bangga ketika sampai hari tuanya masih dapat menggenggam amanat hati kecilnya untuk tetap hidup lurus dan jujur.

Kedua contoh di atas menggambarkan bahwa masih ada orang jujur di dunia ini, meski sedikit. Tetapi tak apa, garam memang tak perlu banyak untuk mengasini semangkuk sayur, begitu pula kejujuran sedikit juga nggak masalah karena sudah bisa menginspirasi banyak orang.

Yang penting adalah bagaimana kita mampu memegang erat kejujuran agar tak pernah pergi dari kehidupan kita. Banyak memang tawaran di luar untuk mau berbuat curang, korupsi, mencuri, menipu, menggelapkan barang milik orang, dan lain-lain. Kuncinya terletak dalam sebuah hati yang bersih dan jujur. Dan itu hanya bisa dimiliki Si Empunya, jika ia mau memelihara kejujuran tetap bersemayam.

Sesungguhnya setiap orang yang baru saja berbuat tidak jujur, pastilah menyesali dalam hatinya. Namun, karena kebiasaan yang terus-menerus dilakukan, maka suara hati kecil seolah hilang tak terdengar. Dia menulikan diri dari bisikan nuraninya. Dan baru menyesal ketika pintu tahanan penjara terbuka, dan dialah penghuninya.

Manusia memang aneh, ketika diberi kebebasan memilih jalan terang, ia memilih lorong gelap. Padahal di lorong itulah hiruk pikuk suara ajakan silih berganti untuk berbuat menerabas kehidupan yang benar, termasuk menabrak kejujuran.

Pertanyaannya: maukah kita menjadi sebagian kecil orang yang masih memiliki kejujuran? Tak perlu banyak. Tampaknya memang hanya sedikit orang yang akan selamat kelak.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home