Mengintip Kehidupan Perempuan di Pasar Beringharjo
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sendi kehidupan Pasar Beringharjo Yogyakarta tak bisa lepas dari dominasi perempuan dengan berbagai aktivitasnya.
Ketika pertama kali masuk ke pasar tertua di kota pelajar ini, pengunjung akan disuguhi gambaran perempuan yang lalu-lalang menggendong bakul serta keranjang.
Barang yang digendong bahkan hampir menutupi setengah badan mereka.
Di sisi lain, tampak perempuan-perempuan penjaja kembang menggelar dagangannya di koridor pasar. Mereka berjajar, berdekatan satu sama lain. Meski barang yang dijual serupa, kepada satuharapan.com salah seorang penjual mengaku tak keberatan dan tak takut rugi karena tersaingi.
Prinsip nrimo ing pandum atau “pasrah dengan rezeki yang akan diperoleh” membuat para penjaja kembang ini tampak ‘lugas’ menghadapi situasi ekonomi yang pelik.
Makin melangkah ke dalam pasar, pengunjung akan makin paham dengan aktivitas para perempuan yang tengah memperjuangkan kehidupan.
Di sudut pasar, tampak seorang pemulung perempuan tidur di depan karung-karungnya sambil memeluk kucing. Bukan tak peduli, namun orang-orang sekitarnya memang sengaja membiarkan.
“Biarin saja, daripada ngemis dan tidur di jalan,” seorang pemilik kios berbisik.
Aktivitas perempuan di pasar bernilai historis ini secara tidak langsung merupakan gambaran nyata dari sajak Hartoyo Andangjaja berjudul Perempuan-Perempuan Perkasa (1973). Perempuan-perempuan dalam sajak itu diceritakan membawa bakul di pagi buta, berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota dan merebut hidup di pasar-pasar kota.
Editor : Bayu Probo
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...