Menhan AS Konfirmasi Korea Utara Telah Mengirim Pasukan ke Rusia
Mereka akan dikerahkan ke medan perang di Ukraina.
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, mengatakan ada bukti bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia pada hari Senin (21/10), dan kepala mata-mata Korea Selatan mengatakan kepada anggota parlemen bahwa 3.000 tentara Korea Utara berada di negara itu untuk menerima pelatihan menggunakan pesawat nirawak dan peralatan lainnya sebelum dikerahkan ke medan perang di Ukraina.
Austin mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu (23/10), "Apa sebenarnya yang mereka lakukan? Kita lihat saja nanti. Ini adalah hal-hal yang perlu kita selesaikan," menurut sebuah video yang diunggah oleh Washington Post.
Jika pasukan tersebut bergabung dalam perang di Ukraina di pihak Rusia, itu akan menjadi "masalah yang sangat, sangat serius," kata Austin, seraya menambahkan bahwa hal itu akan berdampak di Eropa dan di kawasan Indo-Pasifik.
Intelijen Korea Selatan pertama kali mempublikasikan laporan bahwa angkatan laut Rusia telah membawa 1.500 pasukan perang khusus Korea Utara ke Rusia pekan lalu, sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahnya memiliki intelijen bahwa 10.000 tentara Korea Utara sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia yang menyerang.
AS dan NATO sebelumnya tidak secara resmi mengonfirmasi pengiriman pasukan Korea Utara yang dilaporkan, tetapi telah memperingatkan bahaya perkembangan tersebut jika benar. Rusia dan Korea Utara sejauh ini membantah pergerakan pasukan tersebut.
Direktur Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan, Cho Tae-yong, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa 1.500 tentara Korea Utara lainnya telah memasuki Rusia dalam sebuah pertemuan tertutup, menurut anggota parlemen Park Sunwon, yang menghadiri pengarahan tersebut.
Cho mengatakan kepada anggota parlemen bahwa lembaganya menilai bahwa Korea Utara bermaksud untuk mengerahkan total 10.000 tentara ke Rusia pada bulan Desember, kata Park kepada wartawan.
Park mengutip Cho yang mengatakan bahwa 3.000 tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia telah dibagi di antara beberapa pangkalan militer dan sedang dalam pelatihan. Cho mengatakan kepada anggota parlemen bahwa NIS yakin mereka belum dikerahkan dalam pertempuran, menurut Park.
Berbicara bersama dengan Park tentang pengarahan NIS, anggota parlemen, Lee Seong Kweun, mengatakan bahwa NIS menemukan bahwa militer Rusia sekarang sedang mengajari para tentara Korea Utara tersebut cara menggunakan peralatan militer seperti pesawat tanpa awak.
Lee mengutip kepala NIS yang mengatakan instruktur Rusia memiliki opini tinggi tentang moral dan kekuatan fisik tentara Korea Utara tetapi berpikir mereka pada akhirnya akan menderita korban yang besar karena mereka kurang memahami peperangan modern. Lee, mengutip Cho, mengatakan Rusia sedang merekrut sejumlah besar penerjemah.
Lee mengatakan NIS telah mendeteksi tanda-tanda bahwa Korea Utara sedang merelokasi anggota keluarga tentara yang dipilih untuk dikirim ke Rusia ke lokasi khusus untuk mengisolasi mereka.
Kepala NIS mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Korea Utara belum mengungkapkan pengiriman pasukannya kepada rakyatnya sendiri. Namun ada rumor bahwa berita itu menyebar ke penduduk setempat, termasuk mereka yang orang-orang terkasihnya telah ditugaskan untuk tur Rusia, kata Lee, mengutip NIS.
Kepala Direktorat Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan kepada outlet berita militer daring The War Zone bahwa pasukan Korea Utara akan tiba di wilayah Kursk Rusia hari ini untuk membantu pasukan Rusia melawan serangan Ukraina.
Korea Utara dan Rusia, yang terlibat dalam konfrontasi terpisah dengan Barat, telah meningkatkan kerja sama mereka secara tajam dalam dua tahun terakhir. Pada bulan Juni, mereka menandatangani kesepakatan pertahanan besar yang mengharuskan kedua negara untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk memberikan bantuan militer segera jika salah satu diserang.
NIS mengatakan pekan lalu bahwa Korea Utara telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer artileri, rudal, dan senjata konvensional lainnya ke Rusia sejak Agustus 2023 untuk mengisi kembali persediaan senjata yang semakin menipis.
Laporan bahwa Korea Utara mengirim pasukan ke Rusia memicu kekhawatiran keamanan di Korea Selatan. Pejabat Korea Selatan khawatir bahwa Rusia mungkin memberi Korea Utara hadiah dengan memberinya teknologi senjata canggih yang dapat meningkatkan program nuklir dan rudal Korea Utara yang menargetkan Korea Selatan.
Korea Selatan mengatakan pada hari Selasa (21/10) bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Ukraina sebagai tanggapan atas pengiriman pasukan Korea Utara yang dilaporkan.
Korea Selatan telah mengirimkan dukungan kemanusiaan dan keuangan ke Ukraina, tetapi sejauh ini menghindari pasokan senjata langsung ke Ukraina sejalan dengan kebijakannya untuk tidak memasok senjata ke negara-negara yang secara aktif terlibat dalam konflik.
Korea Utara memiliki 1,2 juta tentara, salah satu tentara tetap terbesar di dunia, tetapi belum pernah bertempur dalam konflik skala besar sejak Perang Korea 1950-53. Banyak pakar mempertanyakan seberapa besar pasukan Korea Utara akan membantu Rusia, dengan alasan kurangnya pengalaman tempur.
Mereka mengatakan Korea Utara ingin mendapatkan dukungan ekonomi Rusia dan bantuannya untuk memodernisasi sistem persenjataan konvensional Korea Utara yang sudah ketinggalan zaman serta transfer teknologi persenjataan canggihnya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...