Menhan AS: Tank M1 Abrams Segera Tiba di Ukraina
RAMSTEIN-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Ukraina akan segera menerima tank M1 Abrams dari Amerika Serikat ketika pasukan Kiev terus melancarkan serangan balasan terhadap pasukan Moskow, kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, mengatakan pada hari Selasa (19/9).
Perwakilan dari puluhan negara pendukung Kiev mengadakan pembicaraan di Jerman untuk membahas bantuan baru bagi Ukraina menjelang pidato presiden negara itu, Volodymyr Zelenskyy di Majelis Umum PBB.
Washington telah menjanjikan 31 tank kepada Kiev pada awal tahun ini, yang merupakan bagian dari bantuan keamanan senilai lebih dari US$43 miliar yang dijanjikan Amerika Serikat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
“Tank M1 Amerika akan segera tiba di Ukraina yang akan menambah kemampuan lapis baja tangguh lainnya untuk bergabung dengan (tank) Leopard yang sudah berada di medan perang,” kata Austin.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan tank pertama akan dikirim dalam beberapa hari mendatang dan prosesnya selesai dalam beberapa pekan. Tank-tank tersebut akan dipasangkan dengan peluru depleted uranium 120 mm yang mampu menembus lapis baja.
Amunisi semacam ini kontroversial karena kaitannya dengan masalah kesehatan, seperti kanker dan cacat lahir, di wilayah di mana amunisi tersebut digunakan dalam konflik di masa lalu, meskipun amunisi tersebut belum terbukti secara pasti sebagai penyebabnya.
Keputusan untuk menyediakan tank M1 Abrams ke Ukraina merupakan sebuah perubahan karena para pejabat pertahanan Amerika telah berulang kali mengatakan bahwa tank tersebut tidak cocok untuk pasukan Kiev karena kompleksitasnya.
Zelensky tiba di Amerika Serikat pada hari Senin (18/9), mengunjungi pasukan Ukraina yang terluka di sebuah rumah sakit menjelang pidatonya di PBB, yang akan ia sampaikan ketika pasukan negara itu terus melancarkan serangan balasan yang lambat dan berisiko tinggi untuk merebut kembali wilayah dari Rusia.
Kemajuan Yang Stabil
Kemajuan terbatas Ukraina dalam melawan posisi Rusia yang sudah mengakar telah memicu perdebatan di antara sekutu Barat mengenai strategi militer Kiev. Namun pada hari Senin, Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pihaknya telah merebut kembali wilayah seluas tujuh kilometer persegi (hampir tiga mil persegi) pekan lalu di dekat kota Bakhmut di bagian timur dan juga di sepanjang garis depan selatan.
Austin mengatakan pada hari Selasa bahwa serangan balasan “terus membuat kemajuan yang stabil”.
Di Ramstein juga, Jenderal AS, Mark Milley, mengatakan bahwa meskipun serangan balasan "membutuhkan waktu lebih lama dari... yang diperkirakan", Ukraina "telah menembus beberapa lapisan pertahanan".
“Mereka bergerak sangat lambat, mempertahankan kekuatan tempur mereka dan dengan sangat sengaja melewati sabuk pertahanan yang membentang di seluruh wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.
"Menurut saya, masih banyak pertempuran yang tersisa... dan Ukraina sama sekali tidak punya niat untuk berhenti."
Menteri Pertahanan AS juga menyambut baik Menteri Pertahanan Ukraina yang baru, Rustem Umerov, yang ditunjuk awal bulan ini sebagai perubahan signifikan bagi Kiev, menyusul skandal korupsi di kementerian tersebut.
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan menjelang pertemuan tersebut bahwa pertemuan tersebut memberikan kesempatan "untuk mendengar langsung dari Menteri Umerov apa visinya, apa prioritasnya".
“Negara-negara demokrasi seperti Ukraina mengalami… pergantian kepemimpinan sepanjang waktu,” kata pejabat itu, sambil menambahkan: “Kami mengharapkan kesinambungan (dari Kiev).”
Para pejabat AS telah mempelopori dorongan dukungan internasional untuk Ukraina, dengan cepat membentuk koalisi untuk mendukung Kiev setelah Rusia menginvasi dan mengoordinasikan bantuan dari puluhan negara melalui pertemuan Contact Group yang hampir setiap bulannya.
Ketika Kiev melaporkan bahwa sistem pertahanan udaranya telah menembak jatuh 27 drone Shahed yang diluncurkan semalam dalam serangan udara terbaru Rusia, Austin di Ramstein mendesak sekutunya untuk “terus menggali lebih dalam” sistem tersebut untuk Ukraina karena mereka “menyelamatkan nyawa”.
Menjelang pertemuan terakhir, Jerman mengumumkan akan memberikan tambahan senjata dan bantuan sebesar 400 juta euro (US$428 juta) kepada Ukraina. Ini termasuk amunisi, kendaraan lapis baja dan peralatan pembersih ranjau, kata Menteri Pertahanan, Boris Pistorius, kepada tabloid Jerman Bild.
“Amunisi adalah hal yang paling dibutuhkan Ukraina dalam perjuangan defensifnya melawan perang agresi yang brutal,” katanya.
Milley juga menekankan bahwa sekutunya "bergerak secepat yang kami bisa untuk memberikan bantuan yang diminta Ukraina dan mengirimkannya tepat waktu".
Pendukung Ukraina juga telah memberikan pelatihan kepada pasukan Kiev, sementara Amerika Serikat dan negara-negara lainnya telah menjatuhkan sanksi keras terhadap Rusia. Sasaran sanksi tersebut mencakup lembaga keuangan, impor teknologi, dan ekspor energi. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...