Menhan se-Asia Tenggara Diharap Kuat
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein meminta para menteri pertahanan dari negara Asia Tenggara lainnya untuk tetap bersatu dalam menghadapi persoalan Laut China Selatan.
"Perhatian penting kami adalah stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan itu," kata Hishammuddin saat berbicara di Forum Pertemuan Menteri Pertahanan negara-negara se-Asia Tenggara (ASEAN), di Kuala Lumpur, hari Selasa (3/11).
Pertemuan tersebut melibatkan 10 menteri pertahanan dari 10 negara anggota ASEAN yang berkumpul sebagai agenda rutin dengan mitra dialog mereka, Tiongkok dan AS.
Hishammudin menekankan pentingnya peran ASEAN dalam perdamaian dan keamanan di kawasan itu. “Sekarang apakah kita ada kemauan terlibat dalam kekuatan besar sebagai sebuah blok, yang sangat penting,” kata dia.
Hishammudin menyebut apabila bergerak sendiri-sendiri sebagai negara secara individu kemungkinan tidak akan berdampak.
“Tapi saya pribadi percaya sebagai ketua ADMM (Pertemuan Menteri Pertahanan se-Asia Tenggara/ ASEAN Defence Minister Meeting, Red) bila saat sepuluh negara bekerja bersama-sama maka akan dapat membuat perbedaan,” kata Hishamuddin.
Kuala Lumpur sedang menjadi tuan rumah pertemuan para menteri pertahanan ASEAN dan isu Laut China Selatan diperkirakan dalam agenda pembicaraan.
Hishammuddin merasa prihatin bahwa apabila terjadi konflik kecil di Laut China Selatan dapat mendatangkan akibat buruk bagi stabilitas keamanan bersama.
Pertemuan tersebut dijadwalkan membahas masalah ini sewaktu pertemuannya dengan rekan-rekan dari ASEAN. Tiongkok dan Amerika Serikat juga menghadiri KTT tersebut.
Hishammuddin mengharapkan Tiongkok dan AS akan menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan aktivitas militer di Laut China Selatan.
Sidang di Kuala Lumpur berlangsung seminggu setelah sebuah kapal Amerika berlayar mendekati gugusan pulau di kawasan yang dipersengketakan di Laut China Selatan.
Langkah itu memicu kemarahan Tiongkok yang memperingatkan, aktivitas militer sekecil apa pun akan memicu perang.
Dalam kesempatan terpisah, Dr Farish Noor, pengajar di Rajaratnam School of International Studies mengatakan beberapa negara Asia Tenggara merasa tidak nyaman karena mereka terdampak dengan keadaan Laut China Selatan saat ini. “Karena mereka harus mengambil di mana mereka dipaksa untuk mengambil sisi," kata Dr Farish Noor.
Noor menyebut tindakan AS yang menggelar latihan perang di tengah lautan yang dipersengketakan di Laut China Selatan merupakan sebuah tindakan yang telah membuat marah Tiongkok. Karena Tiongkok menganggap latihan perang di atas laut tersebut sebagai tantangan di bidang militer secara langsung, Noor menyebut hal ini menjadi semakin sulit bagi ASEAN untuk tetap netral, kata seorang ahli pada keamanan regional.
“Tindakan seperti AS ini akan memancing negara-negara Asia Tenggara untuk bertindak," kata Noor.
Ketegangan Laut China Selatan
Angkatan Laut AS memiliki kapal USS Lassen yang menggelar latihan perang pada hari Selasa (27/10). Kapal itu berlayar dalam kawasan 12 mil batas perairan dari salah satu dari pulau buatan yang diklaim Tiongkok di Kepulauan Spratly yang disengketakan.
Menurut China Daily AS mencari masalah dengan tindakan dari USS Lassen tersebut, media besar Tiongkok tersebut menuduh AS memiliki standar ganda dalam menuduh Tiongkok sebagai melakukan aksi provokasi militer di Laut China Selatan.
“Kapal Perang AS (USS Lasen, Red) menampilkan siapa yang memprovokasi tindakan militer di Laut China Selatan," menurut editorial, China Daily.
Harian People’s Liberation Army, surat kabar resmi Militer Tiongkok, mengatakan AS berkeinginan menebar benih-benih kebencian di wilayah tersebut, seperti yang dilakukan di Timur Tengah. (channelnewsasia.com/telegraph.co.uk).
Editor : Eben E. Siadari
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...