Pengungsi Suriah dan Irak Mulai Dapatkan Visa Australia
YORDANIA, SATUHARAPAN.COM - Pengungsi asal Suriah dan Irak mulai mendapatkan visa dari pemerintah Australia di Yordania, pada hari Selasa (3/11).
Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton secara resmi menyambut gelombang pertama dari 12.000 pengungsi Suriah dan Irak yang akan diterima di Australia. Dia menyerahkan visa Australia kepada empat keluarga pengungsi di Yordania.
Pemerintah Australia telah menyatakan komitmennya untuk menerima 12.000 pengungsi akibat perang di Suriah dan Irak. Pengungsi tersebut akan diproses untuk tiba di Australia hingga 18 bulan mendatang.
Kategori pengungsi yang akan diterima ini termasuk orang Sunni dari Kota Homs di Suriah dan orang Kristen Assyrian dari Kota Mosul di Irak.
"Kami selama ini hidup dalam ketakutan," kata Khawlah Al Ahdab, seorang ibu asal Kota Homs.
"Kami takut dengan kondisi anak-anak kami. Jika mereka sakit, kami tak bisa membawanya ke dokter atau rumahsakit. Hidup kami sangat sulit di sana. Juga tidak ada lagi sekolah buat mereka," katanya kepada ABC.
Dia mengaku tidak kuasa melukiskan perasaannya saat tahu bahwa dia dan keluarganya diterima untuk hidup di Australia.
"Saya berharap hidup kami membaik dan saya bisa menyekolahkan anak-anak. Terima kasih banyak Australia," ujar Khawlah Al Ahdab.
Hal sama disampaikan Bashar Abdul Kader Kujah, pengungsi asal Homs yang sehari-hari bekerja sebagai tukang daging. Dia mengaku telah melihat foto-foto tentang Australia di internet.
"Apapun yang Australia minta dari saya, saya akan berikan. Saya akan ikuti segala aturan yang berlaku. Saya akan hidup bahagia di sana. Rasanya saya terlahir kembali," kata Bashar.
Saat penyerahan visa dilakukan oleh Menteri Peter Dutton, mata para staf imigrasi Australia yang turut hadir tampak berkaca-kaca menahan haru.
"Kami turut bahagia bisa menyambut keluarga anda ke Australia untuk memulai hidup baru," ujar Menteri Dutton.
Dia berharap kalangan pengungsi yang telah menerima visanya bisa tiba di Australia pada Natal mendatang.
Menteri Dutton mengaku sebagai orang tua dia bisa memahami perasaan pengungsi ini.
"Sebagai orang tua saya pun akan melakukan segala hal bagi anak-anak saya, dan saya pahami situasi yang dialami orang-orang ini di Suriah, Irak, atau Afghanistan atau di mana pun. Sebagai orangtua kita pasti ingin menghindari situasi seperti itu dan memastikan anak-anak kita mendapatkan situasi yang lebih baik," katanya.
Yordania saat ini menampung lebih dari 600.000 pengungsi Suriah dan di kamp pengungsi Zaatari ada keluarga yang telah berad di sana selama empat tahun.
Tanpa adanya hak untuk bekerja di Yordania, serta dikuranginya bantuan makanan Perserikatan Bangsa-bangsa, membuat banyak pengungsi yang meninggalkan Yordania dan menuju ke Eropa.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...