Menilik Problematika Kaum Lansia dan Solusinya
SATUHARAPAN.COM - Lansia merupakan bagian dari stuktur usia penduduk di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius, mengapa? Karena saat ini Indonesia mempunyai hampir 25 Juta lansia atau 9,3 persen dari total warga Indonesia. Jumlah itu lebih besar daripada jumlah anak balita (di bawah lima tahun). Pada 2020 diperkirakan struktur penduduk Indonesia akan menua karena ada 10 persen lansia.
Pada 2035—setelah bonus demografi—Indonesia akan mempunyai 48 juta lansia. Proses penuaan adalah sesuatu yang alamiah dan normal. Lanjut usia adalah menurunnya secara berangsur-angsur sistem organis manusia menuju kepada akhir kehidupan dan kematian. Kondisi umum yang dihadapi lansia adalah penyakit fisik karena menua yang juga dapat membawa mereka kepada tekanan emosional maupun psikologis.
Siapakah Lansia dan Problematikanya
Lanjut Usia adalah salah satu fase kehidupan manusia yang tidak boleh tidak harus dihadapi. Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun canggihnya teknologi kosmetik dan kedokteran modern. Setiap makhluk hidup akan menjadi tua dan menghadapi krisis lanjut usia. Lansia merupakan orang yang sistem biologisnya mengalami perubahan-perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah lanjut. Pada lansia terjadi penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta kekuatannya yang akan menjadi penghambat dalam melaksanakan aktivitas
Bagi lansia dukungan sosial sungguh diperlukan karena fungsi tubuh lansia umumnya menurun. Selain mudah sakit, lansia juga berisiko mengalami perubahan mental. Lansia sering merasakan kondisi kesepian (loneliness), kehampaan (emptiness) karena anak-anak mereka harus meniggalkan mereka setelah bekerja atau menikah. Tak jarang juga mereka merasa depresi karena kondisi kehidupan semakin berat. Beratnya kehidupan diakibatkan oleh kondisi kesehatan yang jauh menurun dan mempengaruhi kondisi perekonomian.
Pada saat bersamaan, mobilitas penduduk yang semakin tinggi membuat anak cepat meninggalkan orang tua. Dukungan sosial lansia bisa berasal dari pasangan atau keluarganya. Namun, faktanya 4 (empat) dari 10 (sepuluh) lansia hidup tanpa pasangan. Data memperlihatkan bahwa lansia perempuan yang hidup tanpa pasangan tiga kali lebih banyak daripada lansia laki-laki karena perempuan memiliki usia harapan hidup lebih panjang dan cenderung tidak menikah lagi.
Cita-cita lansia dan calon lansia untuk hidup bersama anak cucu pada hari tua secara perlahan namun pasti akan menghadapi tantangan besar karena sistem kekerabatan keluarga besar makin tergerus. Mengurus lansia bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh anak dan cucu yang tinggal bersama mereka. Perhatian warga di perkotaan maupun pedesaan juga makin mengalami penurunan drastis. Beberapa kasus seperti: lansia hilang, terlantar atau meninggal tanpa diketahui waktunya, membuktikan bahwa lansia rentan dan dukungan sosial warga rendah terhadap lansia. Meskipun sekarang ini 60 persen lansia tinggal bersama keluarga mereka.
Persoalan lansia bukan hanya menyangkut masalah dukungan sosial dari anak, cucu, dan keluarga mereka karena mobilitas meningkat, melainkan juga perasaan lansia yang merasa terpinggirkan saat mereka tinggal bersama anak mereka karena perbedaan nilai-nilai yang dianut generasi yang lebih muda. Perbedaan dalam pandangan, soal selera musik, cara berpakaian, atau relasi lelaki dan perempuan bisa menjadi sumber stres sendiri bagi lansia. Kompleksitas permasalahan yang sering dialami oleh komunitas lansia biasanya mencakup beberapa hal berikut ini; gangguan kesehatan karena semakin menurunnya fungsi organ tubuh dan juga berdampak kepada menurunnya pendapatan yang mempengaruhi kondisi perekonomian keluarga.
Menurut D. Siahaan, kurangnya perhatian dari anak-anak atau anggota keluarga juga menjadi masalah yang sering dialami. Permasalahan yang lain menyangkut masalah kerohanian atau spiritualitas dimana mereka mengalami kesulitan untuk mengikuti ibadah dan kegiatan-kegiatan kategorial di gereja
Dalam penelitian yang dilakukan A. Wisnu (2015) dinyatakan bahwa penuaan penduduk membawa berbagai implikasi baik dari aspek sosial, ekonomi, hukum, politik dan kesehatan. Permasalahan kesehatan terkait dengan kemunduran fisik manusia yang terjadi secara alamiah, permasalahan sosial menyangkut bagaimana mereka mampu memanfaatkan waktu luangnya secara baik di lingkungan sosialnya dan permasalahan ekonomi yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup merupakan permasalahan utama penduduk lansia. Dengan demikian upaya untuk mengatasi permasalahan lansia harus dilakukan secara komprehensif.
Upaya Pemberdayaan
Beberapa upaya strategis untuk memberikan dukungan sosial kepada lansia sudah dilakukan melalui berbagai program pemberdayaan diantaranya adalah: Pos Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disebut Posdaya disinyalir mampu dijadikan sebagai langkah strategis secara terukur dalam pemberdayaan lansia saat ini. Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Konsep Posdaya ini—sebagaimana dikembangkan Suyono & Haryanto (2009) mulai 2006—bertujuan pemberdayaan masyarakat dalam usaha memberikan motivasi dan dorongan kepada lansia (khususnya) agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas.
Pemberdayaan lansia melalui Posdaya didasarkan pada kebutuhan, potensi, dan juga budaya masyarakat setempat. Di samping itu, ada fungsi yang bisa dikembangkan, meliputi: agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi dan kesehatan, pendidikan, ekonomi atau wirausaha, dan lingkungan. Anwas (2010) menyebut, kelembagaan ini merupakan modal sosial yang bisa dikembangkan, sehingga proses pemberdayaan lansia menjadi lebih maju dan dinamis.
Sebagai pembanding dengan negara-negara maju, telah dibangun pusat-pusat kegiatan lansia sebagai sarana infrasturktur yang mendukung supaya lansia tetap sehat, mandiri dan produktif. Di pusat-pusat kegiatan tersebut diadakan ragam acara pemberdayaan yang memfasilitasi lansia dapat berkumpul pada hari tertentu untuk berolah raga, belajar keterampilan tertentu, atau sekedar berkumpul bersama keluarga. Sarana-sarana pendukung untuk mereka berkegiatan juga perlu mendapatkan perhatian seperti halnya sarana transportasi.
Pendekataan psikologis dan keagamaan perlu juga dilakukan karena umumnya lansia Indonesia memiliki kesadaran tinggi terhadap agama. Pembentukan komisi lansia dan kegiatan kreatif perlu juga dibuat untuk para lansia di gereja. Kegiatan paduan suara lansia, pendalaman Alkitab lansia, persekutuan doa lansia dan kunjungan ke lansia dan antar lansia bisa menjadi kegiatan positif untuk membangun lansia yang mandiri dan produktif. Komunitas lansia adalah salah satu komunitas di tengah jemaat yang membutuhkan perhatian dan kepedulian khusus dari perangkat pelayanan jemaat.
Gereja tidak boleh mengabaikan keberadaan komunitas lansia karena ada begitu banyak permasalahan mereka rasakan. Maka pelayanan pastoral kepada lansia di gereja-gereja di Indonesia (terutama di GKI) harus membuka ruang pelayanan pastoral kepada komunitas Lansia. Pelayanan Pastoral yang ideal bagi komunitas lansia ini adalah pelayanan pastoral yang empaty seperti listening atau reflective listening. Mendengarkan keluhan dan kekhawatiran mereka dan melakukan refleksi kehidupan lewat proses mendengar. Pelayanan ini perlu dilaksanakan dengan intens terutama di masa pandemi, dimana akses para lansia untuk mengikuti ibadah offline tidak dimungkinkan, sedangkan jika menggunakan sarana teknologi informasi, mereka juga terbatas skill menggunakannya.
Oleh karena itu pelayanan yang holistic kepada para lansia sangat mendesak diintensifkan. Semua itu perlu dilakukan pada masa kini agar keberadaan lansia sungguh menjadi berkat—dan tidak menjadi beban—pada masa datang dan mampu mengatasi syndrome sepuh (tua), sepo (hampa) dan sepah (merasa dibuang/terbuang). Sebagaimana dikatakan dalam Firman Tuhan “Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari. Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis”. – Mazmur 71:8-9
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...