Meningkat, Penganiayaan terhadap Umat Kristen
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Ribuan umat Kristen dibunuh setiap tahun karena iman mereka, dan penganiayaan terhadap mereka di seluruh dunia menjadi lebih luas. Demikian dikatakan pengamat Katolik dalam perayaan Natal di vatikan, Rabu (25/12) di mana semakin banyak negara yang nerisiko oleh serangan atas keyakinan warganya.
Paus Fransiskus dalam wawancara baru-baru ini juga membahas pembunuhan terhadap umat Kristen yang dia katakan sebagai ada "ekumenisme darah" yang berarti bahwa orang-orang Kristen dari semua denominasi termasuk Katolik, Protestan dan Ortodoks ditargetkan oleh serangan mematikan.
"Cerita tentang agama Kristen dalam pikiran Barat adalah bahwa seorang Kristen itu kaya, kuat dan memiliki pengaruh politik yang besar," kata John Allen, seorang ahli Vatikan dan penulis buku "Perang Global Kristen."
"Hal ini tidak mencerminkan realitas. Banyak dari mereka miskin, dan bahasa serta budaya mereka minoritas," kata dia.
Perkiraan mengenai orang Kristen yang dibunuh karena iman sangat bervariasi. Dari sekitar 2,3 miliar orang Kristen di dunia, antara 9.000 dan 100.000 orang dilaporkan dibunuh karena agama mereka setiap tahun.
Dalam sebuah editorial untuk terbitan Italia yang paling laris, Corriere della Sera, hari Senin (23/12), Andrea Riccardi, pendiri lembaga amal Sant'Egidio Katolik di Roma, mengkritik "keheningan saat Natal atas Penganiayaan.”
Perdebatan Perang Kristen
Kelompok evangelis Amerika Serikat, Open Doors, mengatakan negara terburuk dengan kekerasan anti Kristen adalah Korea Utara, diikuti oleh Arab Saudi, Afghanistan, Irak, Somalia, Maldives, Mali, Iran, Yaman dan Eritrea. Situasi yang dikatakan memburuk adalah di Mesir, Ethiopia dan Suriah.
Open Doors mengatakan bahwa 100 juta orang Kristen dianiaya, karena iman mereka. Namun angka ini dikritik, karena mencakup seluruh masyarakat dan orang-orang Kristen yang berisiko karena iman mereka.
Beberapa pengamat mengatakan alasan untuk kekerasan anti-Kristen jauh lebih bervariasi daripada hanya soal iman dan sering dikaitkan dengan berbagai isu-isu lokal.
Meningkatnya serangan di Republik Afrika Tengah atau Sudan Selatan, misalnya, dipandang sebagai lebih terkait perselisihan etnis dan pertempuran untuk menguasai sumber daya, ketimbang masalah iman.
Masalahnya adalah salah satu yang sangat sensitif , seperti yang ditunjukkan oleh kritikan Allen ketika menjadi pembicaraan tentang "perang terhadap orang-orang Kristen" oleh profesor AS Andrew Chestnut, seorang ahli Pentakostalisme .
"Allen tidak hanya telah melakukan tindakan merugikan untuk orang-orang Kristen di seluruh dunia yang menderita represi nyata dan penganiayaan, namun berbahaya mengipasi api konflik agama," tulisnya di Huffington Post.
Chestnut mengatakan bahwa Allen telah menulis tentang "perang fiktif yang hanya ada di halaman dan dalam data yang dipertanyakan organisasi Kristen tertentu."
Para ahli telah menunjuk tiga jenis utama kekerasan anti Kristen. Yang utama adalah radikalisme agama dan khususnya meningkatnya kadar Islam serta Budha dan Hindu ekstremisme. Namun Allen mengatakan ada juga kasus orang Kristen diserang oleh orang-orang Kristen lainnya, seperti evangelis AS oleh umat Katolik tradisionalis di Meksiko.
Ancaman kedua adalah di negara-negara di mana pemerintah melihat Kristen sebagai bahaya yang meungkin melakukan subversif, seperti di Eritrea atau Korea Utara, di mana puluhan ribu orang Kristen telah dipenjarakan, kata Allen.
Ada juga penganiayaan terkait dengan bisnis, kelompok mafia, paramiliter atau gerilyawan yang melihat ajaran sosial Kristen sebagai ancaman bagi kepentingan mereka. (AFP)
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...