Meniran Meningkatkan Sistem Imunitas Tubuh
SATUHARAPAN.COM – Meniran merupakan tumbuhan liar, dan sering kali dianggap sebagai gulma. Tumbuhan ini sangat mudah dijumpai di sekitar kita, tumbuh liar di halaman rumah, di samping pagar, bersama tanaman lain. Tumbuhan ini dengan mudah dikenali, daunnya mirip pohon asam, dan memiliki banyak buah di sepanjang tangkai di bawah daun.
Namun, salah jika menganggap meniran hanyalah tanaman pengganggu, tidak menarik dan tidak bermanfaat. Bisa jadi karena kita yang tidak mengetahui manfaatnya.
Meniran dikutip dari usu.ac.id, memiliki rasa pahit, agak asam, serta bersifat sejuk atau mendinginkan. Secara empiris dan klinis, herba meniran berfungsi sebagai antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik (melindungi hati dari racun), antipiretik (pereda demam), antitusif (pereda batuk), antiradang, antivirus, diuretik (peluruh air seni dan mencegah pembentukan kristal kalsium oksalat), ekspektoran (peluruh dahak), hipoglikemik (menurunkan kadar glukosa darah), serta sebagai immunostimulan (merangsang sel imun bekerja lebih aktif).
Dr Suprapto Ma’at Apt MS, dosen penyakit infeksi dan peneliti obat herbal Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, telah meneliti khasiat ekstrak meniran. Uji praklinis pada mencit (tikus putih) membuktikan ekstrak meniran dapat meningkatkan kekebalan. Bahkan ketika dilakukan uji klinis di berbagai rumah sakit juga terbukti bahwa khasiat ekstrak meniran berkhasiat dalam membantu penyembuhan penyakit tuberkulosis, hepatitis dan vulvovaginitis.
Penemuan itu telah mendapatkan penghargaan dari BJ Habibie Technology Award 2008. Penemuan itu juga telah dipatenkan oleh Dirjen HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual Indonesia) pada tahun 2008.
“Satu-satunya obat tradisional yang tidak dapat disaingi obat kimia adalah obat yang dapat mengutak-atik sistem imun tubuh yang dikenal dengan nama immunomodulator,” katanya, dikutip dari Kompas, 22 Agustus 2008.
Meniran yang sudah menjadi obat herbal, telah teruji dengan baik yakni dengan 15 uji klinis. Obat herbal ini juga telah memperoleh serifikat Fitofarmaka dari BPOM.
Pemerian Botani Tanaman Meniran
Meniran, dikutip dari usu.ac.id, merupakan terna liar yang berasal dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini, terna ini tersebar ke Benua Afrika, Amerika, dan Australia.
Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan jenis herba dengan tinggi 40-100 cm ini, tumbuh secara liar di tempat berbatu dan lembap, seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah, tanah telantar di antara rerumputan, hutan atau ladang, atau tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Meniran mempunyai akar tunggang dan sepasang bunga, yaitu bunga jantan yang keluar di bawah ketiak daun dan bunga betina yang keluar di atas ketiak daun. Daun meniran mirip dengan daun asam, berbentuk lonjong dan tersusun majemuk.
Meniran, dikutip dari unud.ac.id, memiliki nama ilmiah Phyllanthus niruri dari famili Euphorbiaceae. Di beberapa daerah, meniran dikenal dengan nama kilaneli (India), zhen chu cao, ye xia zhu (China), child pick a back (Inggris), stone breaker, shaterrstone, chamber bitter, leafflower, quinine weed (Amerika Selatan), dan arrebenta pedira (Brasil).
Di beberapa daerah di Indonesia, meniran dikenal dengan nama lokal ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop (Sumatera), meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa), bobolungo, sidukung anak (Sulawesi), gosau ma dungi, gusau ma dungi roriha, belalang babiji (Maluku). Suku Dayak dan Banjar menyebutnya (ambin buah).
Terdapat beberapa jenis meniran, tetapi yang lebih dikenal masyarakat umum dan yang biasa digunakan untuk pengobatan hanya dua spesies, yaitu Phyllanthus niruri, L., dan Phyllanthus urinaria, L. Keduanya memiliki bentuk morfologi serta khasiat yang hampir sama untuk pengobatan.
Secara etnofitomedika, dikutip dari usu.ac.id, meniran telah lama digunakan masyarakat di berbagai belahan dunia. Di Indonesia yang kaya akan flora hutan tropis, meniran secara tunggal atau diramu bersama tumbuhan obat lain secara turun-temurun digunakan untuk mengobati beragam penyakit, seperti diare, malaria, sariawan, batu ginjal, sakit kuning, ayan, sakit gigi, gonorhoe, dan antiradang (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Di Vietnam dan Kamboja, meniran digunakan untuk menangkal TBC. Di Thailand, secara tradisional herba ini digunakan untuk menangkal demam dan peluruh air seni. Di Malaysia meniran digunakan untuk menghadang penyakit kulit, sifilis, dan gonorhoe.
Sementara itu, di India berdasarkan pengobatan Ayurveda, sejak 2.000 tahun yang lalu, meniran secara luas digunakan untuk mengobati gangguan menstruasi, diare, gangguan pada kulit, diabetes, kencing nanah, dan terbukti mampu mengatasi hepatitis B.
Di Peru, meniran dicampur dengan perasan air jeruk nipis, diminum sebagai tonikum untuk penderita diabetes mellitus dan penderita hepatitis. Di Suriname, meniran digunakan untuk menangkal kolik, gangguan ginjal, dan berbagai penyakti lever akut atau kronis.
Manfaat Herbal Tanaman Meniran
Tumbuhan meniran menurut Wikipedia, memiliki senyawa kimia zat filantin, kalium, dammar, dan zat penyamak. Tumbuhan ini dapat digunakan untuk obat penyakit kuning, disentri, batuk, demam, ayan, haid berlebihan dan malaria. Meniran, dikutip dari unsrat.ac.id, juga memiliki kandungan senyawa yang bersifat antijamur seperti flavonoid, tanin, dan saponin.
Tim peneliti dari Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, melakukan penelitian dengan uji efek antipiretik ekstrak meniran pada tikus wistar jantan yang diinduksi vaksin DPT HB. Induksi demam pada hewan uji, dilakukan menggunakan vaksin DPT-HB 0,2ml secara intramuskular.
Hasil penelitian memperlihatkan pemberian ekstrak meniran dengan dosis 300 mg/200 grBB menunjukkan penurunan suhu rektal lebih besar dibanding dengan dosis 100 dan 200 mg/200 grBB selama 180 menit pengukuran. Hasilnya menunjukkan ekstrak meniran memiliki efek antipiretik pada tikus Wistar.
Tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, meneliti uji daya hambat ekstrak meniran terhadap pertumbuhan Candida albicans yang diisolasi dari plat gigi tiruan lepasan akrilik.
Candida albicans merupakan flora normal di dalam mulut, namun pada pengguna gigi tiruan akrilik Candida albicans dapat tumbuh dengan pesat jika tidak dijaga kebersihannya. Pertumbuhan jamur Candida albicans berlebihan dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut pengguna gigi tiruan akrilik.
Meniran menjadi alternatif untuk menanggulangi jamur Candida albicans. Kesimpulan penelitian mereka menyebutkan ekstrak meniran memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans yang diisolasi dari plat pengguna gigi tiruan lepasan akrilik.
Tim peneliti Program Pasca Sarjana Anti-Aging Medicine Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, meneliti gel ekstrak daun meniran meningkatkan epitelisasi penyembuhan luka pada kulit tikus putih jantan galur wistar. Daun meniran mengandung molekul bioaktif yang berefek pada penyembuhan luka, dan antimikroba. Hasil penelitian menunjukkan pemberian gel ekstrak daun meniran dapat meningkatkan epitelisasi jaringan luka pada kulit tikus wistar jantan.
Tim peneliti mahasiswa UGM, dikutip dari ugm.ac.id, meneliti imer dan meniran, yang dikenal dapat mengobati radang atau bengkak. Daun imer memiliki kandungan senyawa securinine tinggi yang dapat menurunkan inflamasi. Sementara daun meniran mengandung senyawa filantin dan terbukti memiliki aktivitas anti-inflamasi sehingga dapat menguatkan imunitas.
Penelitian dilakukan dengan mengekstrak kedua daun tersebut. Selanjutnya, ekstrak diujikan pada tikus yang sebelumnya telah diinduksi dengan senyawa inflamasi pada bagian kakinya. Selain melakukan uji secara in vivo pada tikus, dalam penelitian yang dilakukan pada Januari-Agustus 2016 lalu ini juga dilakukan uji in silico untuk mengetahui mekanisme daun imer dan meniran dalam menghambat inflamasi.
Hasil penelitian menunjukkan senyawa securinine dan filantin mampu menghambat enxim cox-2 yang menimbulkan inflamasi. Penelitian terkait penggunaan daun meniran dan imer secara bersamaan untuk obat inflamasi ini, dan pertama kali dilakukan di dunia. Selama ini, penelitian baru dilakukan hanya pada meniran atau imer, belum berupa kombinasi keduanya.
Obat anti inflamasi yang diberi nama Nutrasetikal Imer Meniran atau disingkat dengan Nu Imran ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat dalam pengobatan inflamasi.
Penelitian Tita Bariah Siddiq dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, mengenai pengaruh herba meniran sebagai antihepatotoksik, menyebutkan zat aktif yang terkandung di dalam meniran yang mempunyai efek terkuat sebagai antihepatotoksik adalah filantin dan hipofilantin. Kedua senyawa itu termasuk golongan lignan yang mempunyai gugus hidrogen bebas. Hidrogen bebas itu bekerja sebagai antioksidan, yang akan berikatan dengan radikal bebas yang terdapat di dalam zat-zat toksik yang sering menyebabkan kerusakan hati.
Melalui penelitian itu Tita Siddiq ingin mengetahui apakah meniran dapat dijadikan sebagai salah satu altematif pengobatan hepatotoksik sehingga masyarakat dapat menggunakan tanaman ini sebagai salah satu obat antihepatotoksik. Hasil penelitian menunjukkan meniran mempunyai efek sebagai antihepatotoksik, dengan mekanisme kerjanya sebagai antioksidan.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...