Menjadi Juara Tidak Harus dari Negara Kultur Bulu Tangkis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Seorang pebulu tangkis diharap tidak gentar apabila menjalani kejuaraan di negara yang tidak memiliki “kultur” juara bulu tangkis, karena sesungguhnya menjadi juara tidak harus berasal dari negara yang memiliki kultur bulu tangkis.
“Saya rasa nggak ada masalah kalau ada pebulutangkis bukan dari negara kulutr bulutangkis,” kata salah satu pebulu tangkis senior, Candra Wijaya kepada satuharapan.com di sela-sela kejuaraan bulu tangkis ‘’Yonex-Sunrise Double Special Championship 2015 presented by Candra Wijaya’’ di GOR Asia-Afrika, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (29/7).
Negara dengan “kultur” bulu tangkis yakni istilah negara-negara yang pernah melahirkan pebulu tangkis yang sukses di Kejuaraan Dunia, Piala Thomas, Piala Uber, dan Olimpiade. Selain itu para pebulu tangkisnya juga memiliki jam terbang cukup tinggi di berbagai kejuaraan Grand Prix Gold, dan International Challenge versi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
Di ajang Piala Thomas tercatat Indonesia pernah 13 kali menjuarai Piala Thomas, disusul Tiongkok dengan sembilan kali, kemudian Malaysia lima kali, dan Jepang satu kali.
Di ajang Piala Uber Tiongkok tercatat menjadi “ratu” dengan keberhasilan 13 kali menjadi jawara, disusul Jepang dengan lima kali, kemudian Indonesia dan Amerika Serikat tiga kali, Korea Selatan sebanyak satu kali.
“Karena memang sekarang bulutangkis berkembang seluruh dunia, buktinya kemarin Carolina Marin bisa juara dunia di Australia,” Candra menambahkan.
Pebulu tangkis asal Spanyol, Carolina Marin, mencetak sejarah dengan meraih gelar All England 2015. Setelah 119 tahun kejuaraan ini digelar, Marin menjadi satu-satunya pemain asal Spanyol yang berhasil menjadi juara. Marin menekuk bintang India, Saina Nehwal, di final. Teriakan Marin mewarnai laga final tunggal putri yang berlangsung di Birmingham Arena, Ahad malam, 8 Maret 2015.
Indonesia tidak kebagian satu trofi juara pun di arena turnamen bulu tangkis SuperserieS Premier All England 2015, setelah satu-satunya harapan, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, kalah pada babak final karena dikalahkan unggulan pertama dari Cina, Zhang Nan/Zhao Yunlei, satu set langsung 10-21, 10-21.
Ikuti berita kami di Facebook
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...