Menjadi Pemimpin
Menjadi pemimpin adalah panggilan dan pilihan Tuhan. Karena itu, sudah sepatutnya juga mandat tersebut dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
SATUHARAPAN.COM – Ada dua lembaran baru yang sedang terjadi saat ini: Basuki akhirnya disetujui menjadi Gubernur DKI Jakarta dan terpilihnya Henriette Lebang sebagai Ketua Umum PGI. Basuki, yang sering didemo karena nonmuslim dan Tionghoa, akhirnya mendapatkan mandat menjadi Gubernur Ibukota RI. Sejarah baru. Demikian juga terpilihnya seorang perempuan sebagai Ketua Umum PGI.
Menjadi pemimpin adalah panggilan dan pilihan Tuhan. Karena itu, sudah sepatutnya juga mandat tersebut dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Berbagai teori kepemimpinan bermunculan dimana-mana, saling berargumentasi siapakah yang paling benar. Namun sebanyak apa pun teori yang ada, kita kembali kepada teladan utama kita, Yesus Kristus. Dan juga kepada Alkitab yang menjelaskannya secara tertulis, tidak berdasarkan penafsiran seseorang. ”Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:26-28).
Sudah selayaknya seorang pemimpin menjadi teladan dan melayani orang-orang yang dipimpinnya. Jika dalam kehidupan ada hal-hal yang tidak menyebabkan pola tersebut berjalan nyata, bukan berarti pola tersebut boleh dianggap usang dan dibentuklah pola yang baru. Sebab pola kepemimpinan kristiani berdasarkan Alkitab, yang tak akan lekang oleh jaman.
”Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Tuhan dan Gurumu, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:12-15).
Menjadi seorang pemimpin adalah menjadi seorang pelayan. Bila mental dan kultur budaya tidak memfasilitasinya, bukan prinsipnya yang diubah, tetapi orangnyalah yang harus diedukasi dan diberi pengertian.
Menjadi pemimpin adalah menjadi pusat pengaruh, di mana perkataan dan perbuatannya akan dilihat, dinilai, dievaluasi, bahkan ditiru banyak orang. Untuk itu, marilah kita mendoakan para pemimpin kita, agar mereka tetap memiliki mata hati yang jernih, meneladani Kristus yang telah menjadi Hamba dan mengorbankan nyawa-Nya untuk kita semua, berpegang pada Alkitab yang melampaui masa dan budaya.
Sola Fide, Sola Gratia, Sola Scriptura.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...