Menjadi Sahabat bagi Semua Orang
SATUHARAPAN.COM-Pesan Natal tahun 2019 yang dikeluarkan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) memilih tema tentang: Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang!” Ungkapan ini dalam bentuk saran atau ajakan yang memotivasi untuk “meruntuhkan tembok pemisah, yakni perseteruan.”
Tentang menjadi sahabat, ada pertanyaan yang mungkin terasa konyol dan biasanya diabaikan: “Untuk apa (atau siapa) sehingga kita harus menjadi sahabat, bahkan bagi semua orang? Semua orang? Jadi, kita juga harus menjadi sahabat dan bersikap ramah pada mereka yang membenci kita? Yang memusuhi kita, bahkan yang ingin melenyapkan kita?”
Dalam bagian ini, tema tersebut memang terasa terlalu “sempurna” bagi kehidupan di dunia yang penuh dinamika, bahkan oleh persaingan dan konflik yang tak pernah padam. Dan di sisi lain, pertanyaan yang dilontarkan juga menyangkut motivasi untuk memilih jalan sebagai sahabat bagi semua orang.
Menjadi sahabat bisa muncul karena kita ingin agar orang lain bersikap sebagai sahabat, dan ramah pada kita. Kita menjadi sahabat karena kita lelah oleh perlakuan diskriminatif, dan eksploitasi perbedaan untuk kepentingan-kepentingan mendominasi.
Menjadi sahabat dengan tujuan agar orang lain berhenti memusuhi kita, karena kita lelah dan frustrasi oleh persaingan dan permusuhan yang terus-menerus dan meninggalkan luka-luka kehidupan yang menyakitkan.
Jadi, untuk apa kita membangun hasrat menjadi sahabat bagi semua orang? Karena kita lelah dan lemah dalam kehidupan yang penuh persaingan dan eksploitasi perbedaan untuk kepentingan dominasi, dan eksistensi kita terancam?
Jika itu motivasi kita, maka hasrat menjadi sahabat bagi semua orang menjadi terasa makin “utopis”, karena fokusnya pada mengubah orang lain, bahkan kepada orang lain yang mungkin tidak berhasrat untuk menjadi sahabat bagi kita.
Menjadi sahabat bagi semua orang adalah hasrat ke dalam, memotivasi perubahan pada diri sendiri, terlepas dari apa pun respons orang lain. Bersyukur ketika hal itu menjadi inspirasi dengan menanggapi secara bersahabat, bahkan jika sama sekali tanpa atensi.
Menjadi sahabat bagi setiap orang pertama-tama adalah kebutuhan pada setiap kita yang diwujudkan dalam cara berpikir dan bertindak terhadap orang lain. Memiliki hasrat sebagai sahabat bagi semua orang adalah cara untuk membebaskan diri dari belenggu merendahkan orang lain, kebencian pada orang lain, dan ambisi mendominasi orang lain.
Menjadi sahabat adalah hasrat untuk mengoreksi relasi kita dengan semua orang yang didasari penghormatan, ketulusan dan kesetaraan, bukan relasi transaksional, apalagi eksploitasi dan dominasi.
Menjadi sahabat bagi orang lain, adalah fondasi untuk mencegah kita jatuh dalam tindakan merendahkan manusia, terjerat kriminal dan dosa, bukan saja terhadap orang lain, tetapi juga keseluruhan ciptaan. Oleh karena itu, pesan yang bernada ajakan ini adalah ajakan yang lestari, bukan hanya untuk menyambut Natal, apalagi hanya untuk tahun 2019, tetapi juga ajakan terus-menerus bagi umat manusia. Dan terutama pada diri kita sendiri, agar menjadi hasrat yang hidup dalam kehidupan.
Editor : Sabar Subekti
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...