Tanda Kehidupan dalam Pesan Natal
SATUHARAPAN.COM-Hari Rabu, tanggal 25 Desember 2019 mendatang, umat Kristen di seluruh dunia merayakan Natal. Hari-hari sebelumnya, simbol-simbol Natal berbagai rupa penuh cahaya dan kegembiraan ada di rumah-rumah dan gereja. Semua itu menandai kegembiraan dan kehidupan, harapan akan kedamaian dan kesejahteraan umat manusia yang dijanjikan Tuhan dan dipenuhi dengan kedatangan Sang Juru Selamat.
Di Indonesia, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) memilih tema: “Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang!” Pesan ini mestinya menjadi pusat refleksi dan perenungan kita di hari-hari menjelang perayaan Natal.
Meskipun sempat ada berita tentang larangan bagi umat Kristen merayakan Natal di beberapa daerah, kegembiraan rohani dalam perayaan Natal tidak boleh padam, karena justru pesan “menjadi sahabat” adalah respons yang harus ditegaskan terhadap segala situasi kehidupan.
Di berbagai gereja setempat cara mengekspresikan kegembiraan rohani ini juga beragam. Ada yang menunjukkan “sebagai sahabat” melalui berbagi dengan orang lain, termasuk memberi bantuan materiil. Namun juga ada yang fokus pada pesan untuk hidup sebagai sahabat dengan lingkungan hidup.
Krisis lingkungan hidup, terutama dengan meningkatnya produksi sampah plastik, direspons dengan pohon natal dari barang-barang plastik yang telah menjadi sampah. “Pohon Natal Sampah Plastik” ini menjadi penyampai pesan untuk hidup bersahabat dengan lingkungan dan habitat kita.
Tahun ini, baik bagi Indonesia maupun negara-negara lain di dunia juga menjadi tahun politik yang menuntut kita untuk hidup sebagai sahabat bagi seluruh ciptaan. Kita melalui proses politik dalam pemilihan umum yang disesakkan oleh ujaran kebencian dan sekat-sekat sektarian. Kita juga menyaksikan banyak negara yang terlibat perang berkepanjangan, dan serangan terorisme serta ujaran kebencian yang meluas.
Sejumlah negara tengah menghadapi protes oleh rakyat mereka sendiri, karena defisit kepercayaan yang berkepanjangan. Negara kampiun demokrasi, Amerika Serikat, bergejolak oleh upaya pemecatan Presiden Donald Trump, dan Inggris Raya menghadapi lika-liku untuk keluar dari Uni Eropa. Perang dagang, dan persaingan persenjataan dan perang proksi seperti tidak hendak berakhir. Teknologi digital dan kecerdasan buatan yang berkembang pesat, juga telah menciptakan gap yang makin dalam dari gap sebelumnya antara negara maju dan negara miskin.
Sedangkan tentang lingkungan, selain sampah plastik, kita menyaksikan Australia yang kewalahan menghadapi kebakaran hutan, dan pembicaraan tentang perubahan iklim terasa sangat alot dengan banyak negara terus menggunakan energi fosil yang kotor.
Dalam situasi seperti ini, pesan-pesan yang serukan di tengah ibadah dan perayaan Natal, di negara yang makmur atau yang miskin, di tengah masyarakat yang damai maupun di antara mereka yang terjepit dan bersembunyi karena konflik, di antara komunitas yang merdeka merayakan atau mereka yang dalam tekanan oleh diskriminasi agama, tetap dengan esensinya yaitu “karena kasih untuk kehidupan seluruh ciptaan.” Apapun situasinya, apapun responsnya, uluran tangan perdamaian dan persahabatan adalah solusi dari semua situasi kita. Persahabatan sejati adalah tanda harapan dan kehidupan. Selamat merayakan Natal.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...