Menjadikan Sekolah-sekolah BPK Penabur sebagai Rumah Kedua
SATUHARAPAN.COM – Memasuki usia ke-64 tahun pada 19 Juli, Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur terus mengembangkan diri selaras zaman. Predikat sebagai sekolah mahal diimbangi dengan prestasi, yang meningkat dari tahun ke tahun. Mendidik, bagi BPK Penabur, adalah mempersiapkan generasi penerus bangsa ini.
Hasil survei dari lembaga survei bereputasi internasional, seperti dikemukakan Ketua BPK Penabur Jakarta Ir Robert Robianto, menyebutkan orangtua murid mengirim anak mereka ke sekolah BPK Penabur terutama karena sarana dan prasarana, menyusul kemudian karena prestasi akademik dan reputasi.
Keamanan, kenyamanan, dan lingkungan yang bersih, mampu membuat peserta didik merasa betah berada di sekolah. Dengan menawarkan suasana seperti itu, seperti dikemukakan Ieke Poelihawati, Kepala Sekolah Menengah Pertama Kristen (SMPK) Gading Serpong, salah satu sekolah di bawah payung BPK Penabur, sekolah sangat mungkin menjadi rumah kedua bagi siswa.
Tawaran kondisi seperti itu ditunjang ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana) yang diperlukan peserta didik, serta kesediaan guru untuk membimbing peserta didik setelah jam pelajaran sekolah selesai.
Dalam percakapan dengan satuharapan.com, Robert Robianto mengatakan kesiapan BPK Penabur dalam mengelola pendidikan memang bukan hanya dijawab dengan menyiapkan fisik berupa sekolah, namun juga mempersiapkan guru yang mumpuni.
Menjawab Harapan Orangtua
Usia sekolah 4 – 19 tahun, seperti dikemukakan Robert Robianto, adalah masa pembentukan kepribadian dan pekerti anak. Justru pada masa itu mereka melewatkan sebagian besar waktunya di sekolah, yang acap kali jauh lebih besar daripada waktu bersama orangtua.
Dengan dasar pemikiran seperti itu, bisa dimengerti orangtua, juga umumnya karena keterbatasan waktu mendampingi anak, ingin menyerahkan masa krusial itu kepada pihak yang kredibel, yang memiliki pengalaman dan reputasi.
Endang Setyowati, Kepala SMAK 1 BPK Penabur mengatakan e. Guru bukan hanya diharapkan berperan sebagai pengajar, namun ,ingin . “Benabur,” katanya, menjawab pertanyaan tertulis satuharapan.com
Di lingkup sekolah yang menjadi tanggung jawabnya, SMPK Gading Serpong, Ike Poelihawati menjawab harapan orangtua dengan hasil prestasi akademik ataupun nonakademik, serta karakter yang baik. “Di sekolah, guru selain sebagai pengajar dan pendidik, mentransfer ilmu pengetahuan, juga mengajarkan nilai-nilai moral, etika. Di sekolah, guru memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik berdasarkan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kristiani,” katanya.
Karena itu, seperti dikemukakan Robert, perlu diyakini pula sekolah sama sekali tidak boleh dibiarkan berjuang sendiri mempersiapkan anak-anak memasuki masa depan mereka. Mengingat pesatnya perubahan dunia dan besarnya tantangan yang dihadapi masa kini dan masa mendatang, pendidik perlu didukung sepenuhnya, bukan hanya oleh pengurus, tetapi juga oleh orangtua siswa, anak-anak didik itu sendiri, serta orang-orang di sekitar mereka.
Pada Tahun Pelajaran 2014-2015 ini, di jenjang SMA di lingkungan BPK Penabur, seperti dikemukakan Endang Setyowati, ada perpanjangan belajar menjadi 10 jam per hari. Rata-rata siswa akan berada di sekolah untuk kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler kurang lebih sembilan jam, pukul 06.30 – pukul 15.10.
“Bahkan jika ada kegiatan ekstrakurikuler hingga 17.00, bisa jadi sekolah malah menjadi rumah pertama bagi siswa untuk beraktivitas. Hal itu menjadi tantangan sekolah menyiasati agar siswa tetap suka cita dan antusias belajar,” kata Endang.
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...