Menjaga Terumbu Karang Identik Jaga Kewibawaan Bangsa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti mengatakan, menjaga terumbu karang identik dengan menjaga wibawa Indonesia di mata dunia karena posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan memiliki wilayah kedaulatan laut terluas di dunia.
"Kalau kita memiliki komitmen kuat terhadap `sustainability` ekosistem laut, maka dunia pun akan menaruh hormat kepada kita. Selanjutnya mendorong peningkatan daya saing Indonesia di tingkat global, baik dari ekonomi, politik, maupun pengaruh besar lainnya," kata Susi disela-sela arahan yang disampaikannya di dalam Seminar Nasional Penyelamatan Terumbu Karang yang diadakan di Graha Marinir Markas Korps Marinir, Kwitang, Jakarta, Kamis (6/8).
Sejak bulan Juni, Komandan Korps Marinir, Mayjen TNI (Marinir) Buyung Lalana menggagas penanaman sejuta terumbu karang yang termaktub di kegiatan Save Our Littoral Life (SOLL). Kegiatan ini dilakukan di sepanjang pesisir Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Tak hanya melibatkan prajurit-prajurit Marinir di berbagai daerah, tapi juga bersama dengan unsur masyarakat, pemda, KKP, dan pihak-pihak terkait lainnya melakukan penanaman terumbu karang. Puncak Ekspedisi Sejuta terumbu karang itu pada 16 Agustus 2015 di Pulau Weh yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Susi menyebut Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya laut, khususnya protein laut yang melimpah. Terlebih, Indonesia diuntungkan dengan keberadaan cakupan terbesar lokasi segitiga terumbu karang dunia yang menandakan bahwa potensi perikanan negeri ini sangat besar.
Ia melihat baik sebagai pengusaha perikanan maupun kapasitas sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, menunjukkan ada ironi dibalik kekayaan laut Indonesia. Ia menuturkan bahwa saat ini Indonesia masih saja kalah dengan negara tetangga dalam pengelolaan sektor kelautan dan perikanan.
Di Asia Tenggara, Indonesia hanya menempati posisi kelima negara eksportir hasil laut, padahal Indonesia. adalah negara dengan wilayah laut terluas di tingkat regional, bahkan di dunia.
"Kok bisa nelayan kita merugi padahal sudah jelas laut kita kaya? Saya yakin ada yang salah dalam manajemen kita dalam mengurus isu ini, dan kita harus segera menanggulanginya," tegas Susi.
Lemahnya manajemen terkait juga menimbulkan masalah lain yang berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan. Sebagai informasi, Susi menjelaskan bahwa di tahun 2014 lalu tercatat profesi nelayan di seluruh Indonesia hanya dilakoni oleh tidak lebih dari 800 orang, berselisih ribuan lebih rendah dibandingkan jumlah di tahun-tahun sebelumnya.
"Akar masalahnya sangat kompleks, tapi setidaknya jika dilihat lebih dalam, urusan perut adalah alasan utama mengapa populasi nelayan berkurang drastis," tuturnya.
Dijelaskan oleh Susi, jika berbicara mengenai nasib nelayan kecil, urusan perut membuat banyak dari mereka mengambil jalan pintas dalam menangkap hasil laut. Masyarakat kecil memiliki kesulitan pendanaan hidup yang teratur, sehingga mengurusi perut adalah fokus paling utama dalam kehidupan mereka, meski harus merusak lingkungan.
Susi mengakui memang masih terdapat kelemahan dalam penyebaran informasi dan sosialisasi penangkapan ikan yang baik kepada masyarakat, sehingga masyarakat pun menganggap berbagai metode penangkapan secara pintas, seperti pengeboman atau peracunan karang, adalah hal yang lumrah.
"Padahal nilai ekonomi kerapu tidak seberapa besar dengan nilai ekonomi terumbu karang yang satu meter perseginya saja bisa mencapai puluhan triliun," katanya.
Terkait dengan seminar itu, Susi menyatakan apresiasi besarnya atas inisiatif Korps Marinir TNI AL dalam menyelenggarakan kampanye SOLL. Ia berpendapat bahwa inisiatif tersebut membantu cita-cita pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangsa di laut.
"Saya yakin kerja sama ini akan berdampak baik dalam jangan panjang, khususnya bagi konservasi terumbu karang untuk kelangsungan ekosistem laut dan pesisir," katanya.
Dalam kesempatan itu, dilakukan penandatanganan komitmen bersama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Korps Marinir untuk menanam Terumbu Karang sebagai program konservasi.
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri KKP Susi Pudjiastuti dan Dankormar Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...