Menjelang Penutupan, Imigran Calais Bentrok dengan Polisi
CALAIS, SATUHARAPAN.COM – Warga yang tinggal di kamp pengungsian yang disebut hutan “Jungle” sebuah kamp pengungsi Calais, Prancis terlibat bentrok dengan pihak berwenang setempat, hari Minggu (23/10), karena pemerintah Prancis direncanakan segera menutup pemukiman imigran yang terletak di kota yang terletak di wilayah utara Prancis tersebut.
Menurut Al Jazeera, hari Minggu (23/10) puluhan orang yang terlibat bentrok tampak melemparkan batu pada polisi.
Ddalam gambar yang disiarkan pada hari Minggu oleh stasiun Prancis, BFMTV. Pihak berwenang menanggapi dengan gas air mata.
Menurut penuturan reporter Al Jazeera David Chater pengungsi merasa frustrasi karena mereka hendak memprotes pembongkaran kamp.
“Ada orang-orang muda frustrasi di sini yang mengambil begitu banyak waktu dan usaha mencoba untuk mencapai di sini dan sekarang menyadari bahwa polisi akan berada di sini untuk membersihkan mereka, sehingga mereka mungkin akan kekerasan," kata Chater.
"Para pejabat Prancis bergerak di sekitar kamp mendistribusikan sekitar 10.000 selebaran kepada orang-orang, pejabat mengatakan kepada migran sejak lama tentang apa yang akan terjadi tentang kamp pengungsian tersebut,” kata Chater.
Menurut Al Jazeera, penutupan kamp akan dimulai pada hari Senin (24/10), dan menyebabkan pengungsi menyebrang dan tinggal di Britania Raya. Pihak berwenang Prancis mengatakan para pengungsi akan ditempatkan di berbagai pusat pengungsi lain di Prancis.
Menurut Al Jazeera, pengungsi usia remaja tiba di Inggris Raya hari Minggu (23/10). Remaja tersebut adalah kelompok pertama pengungsi usia remaja yang tiba namun tanpa didampingi keluarga. Pekan ini diperkirakan akan banyak lagi imigran yang datang.
Menurut Al Jazeera, pengungsi usia remaja adalah mereka yang dilindungi di bawah hukum Uni Eropa.
Inggris sejak lama mendapat tekanan dari dunia internasional agar melakukan upaya peningkatan kualitas untuk meningkatkan kualitas hidup para pengungsi, daripada melakukan penutupan kamp.
Sementara itu reporter Al Jazeera, Emma Hayward mengatakan kelompok migran usia anak-anak tersebut tersebut tidak memiliki kerabat di Inggris.
"Anak-anak ini adalah sosok yang rentan. Ada beberapa laporan dari anak-anak tiba kemarin tapi kami tidak yakin apa yang akan terjadi pada mereka dalam jangka panjang dan apakah atau tidak mereka akan ditempatkan di panti asuhan,” kata Hayward.
Al Jazeera menyebut jumlah penduduk di kamp diyakini lebih dari 10.000 dengan lebih dari 1.179 dari pengungsi tersebut merupakan anak-anak, dan sebagian besar tidak ada yang menemani.
Presiden Prancis Francois Hollande berulang kali menggambarkan situasi di Calais adalah sebuah situasi yang tidak dapat diterima.
Sebuah pengadilan Prancis pekan ini membatalkan landasan hukum dari sebuah badan amal yang melakukan aktivitas mencarikan tempat tinggal bagi migran.
Setelah kamp imigran “Jungle” ditutup, menurut Al Jazeera, migran harus menempati sebuah hanggar raksasa, di tempat baru tersebut mereka akan ditempatkan terpisah antara mereka yang sudah berkeluarga, orang dewasa, anak-anak ditemani dan mereka yang datang secara individual, termasuk mereka yang tergolong manula.
Para migran yang tinggal di “Jungle” kemudian akan melakukan perjalanan dengan bus untuk dipindah ke lebih dari 450 pusat tempat tinggal migran yang tersebar di Prancis.
Di tempat penampungan migran yang baru, para migran akan menjalani tes kesehatan, dan jika mereka belum melakukannya, mereka belum dapat memutuskan apakah akan mengajukan permohonan suaka atau tidak. (aljazeera.com)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...