Menkeu: Indonesia Tidak Alami Krisis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan bahwa perlambatan ekonomi yang saat ini dialami Indonesia bukanlah krisis ekonomi dan berbeda dengan kondisi yang terjadi pada tahun 1998.
“Semuanya senang bicara krisis. Seolah-olah krisis itu sesuatu yang menarik. Padahal sekali kita bicara krisis, kita tahu apa yang terjadi pada krisis 1998. Sudah saatnya kita berpikir jernih,” kata Bambang di Hotel Dharmawangsa Jakarta Selatan dalam acara yang diselenggarakan Bloomberg BusinessWeek, hari Kamis (27/8).
Menurutnya, perlambatan ekonomi bisa disebut sebagai krisis jika terjadi dalam durasi yang panjang atau bertahun-tahun antara krisis satu dengan lainnya. Tapi, kata dia, tidak ada salahnya pemerintah dan pelaku dunia usaha waspada terhadap perlambatan ekonomi saat ini.
Meskipun Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1998 dan krisis mini 2008, krisis seperti yang disebutkan itu sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Pada tahun 2008, lanjut dia, disebabkan karena AS kala itu ingin menyelamatkan perekonomiannya. Namun, perekonomian global kembali melambat karena penyatuan mata uang euro yang berdampak pada porsi fiskal negara berkembang.
Akibatnya, kata dia, banyak terjadi krisis fiskal, APBN banyak yang bolong karena jaminan sosial yang besar tidak diimbangi dengan penerimaan pajak yang cukup.
Dia juga menilai bahwa perlambatan ekonomi global sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2012 dan diikuti pertumbuhan ekonomi yang terus turun pada 2014.
“Saya bilang perlambatan ekonomi global tidak terjadi sekarang tapi sudah terjadi sejak 2012. Kenapa tahun 2012 lebih tinggi karena memang baru tahap awal dari perlambatan itu. jadi perlambatan itu sudah terjadi. Intinya adalah kita harus bergerak cepat untuk tidak lagi menggantungkan ekonomi pada komoditas.”
Kemudian, dia memperkirakan bahwa tren ekonomi yang bergantung pada sektor komoditas pasti akan mengalami kesulitan.
“Lihat saja harga minyak. Harga minyak yang dulu harga renda USD 50 per barel itu sekarang ternyata dibuat lebih lama lagi pelemahan harganya. Bahkan, sekarang cenderung lebih lemah,” kata dia.
Selain itu, yang menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global adalah devaluasi mata uang Tiongkok (yuan) yang terjadi hingga dua kali.
“Menurut perkiraan IMF terakhir, pertumbuhan ekonomi dunia 2015 mencapai 3,3 persen. sedikit lebih rendah 3,4 persen di tahun 2014. Tapi buat saya bukan itu yang harus kita perhatikan. Yang harus diperhatikan adalah ketidakpastian ekonomi global.”
Menurutnya, ketidakpastian inilah yang menjadi ancaman bagi semua negara di dunia. Artinya, kata dia, Indonesia harus mengantisipasi dan responsif terhadap ketidakpastian tersebut.
Editor : Eben E. Siadari
Bryan Amadeus Chandra, Sosok yang Cerdas dan Senang Menolong...
Jakarta, Satuharapan.com, Bryan Amadeus Chandra atau yang akrab dipanggil Bryan merupakan salah...