Menlu AS: 1.500 Warga AS Masih di Afghanistan
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat telah mengevakuasi setidaknya 4.500 warga AS dan keluarga mereka dari Afghanistan sejak pertengahan Agustus, kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada hari Rabu (25/8), menambahkan bahwa Washington "secara agresif" menjangkau sekitar 1.500 kontak yang tersisa.
Blinken mengatakan pada konferensi pers bahwa tidak ada tenggat waktu pada upaya untuk membantu orang yang ingin meninggalkan Afghanistan, baik orang Amerika maupun lainnya, dan bahwa upaya itu akan berlanjut "selama diperlukan."
Ketika upaya evakuasi AS dimulai, ada sebanyak 6.000 warga Amerika di Afghanistan yang ingin pergi, berdasarkan analisis AS, kata Blinken. Kontak yang tersisa sekarang berjumlah sekitar 1.500.
“Untuk sisa sekitar 1.500 kontak yang kami miliki, yang mungkin adalah orang Amerika yang ingin meninggalkan Afghanistan, kami secara agresif menjangkau mereka beberapa kali sehari, melalui berbagai saluran komunikasi,” kata Blinken.
“Dari daftar sekitar 1.500 ini, kami yakin jumlah orang Amerika yang secara aktif mencari bantuan untuk meninggalkan Afghanistan lebih rendah, kemungkinan jauh lebih rendah,” katanya, memperingatkan berulang kali bahwa jumlahnya bisa berubah setiap jam.
Dia juga mengatakan 45 persen hingga 46 persen dari lebih dari 82.000 orang yang sejauh ini dievakuasi adalah perempuan dan anak-anak.
Negara-negara Barat bergegas untuk mengevakuasi orang-orang dari Afghanistan dengan waktu kurang dari sepekan sampai semua pasukan asing pergi, mengakui bahwa banyak orang Afghanistan yang membantu mereka akan ditinggalkan untuk nasib yang tidak pasti di bawah Taliban.
Meskipun pengangkutan udara akan berlangsung hingga hari Selasa pekan depan, militer Amerika Serikat mengatakan akan mengalihkan fokusnya dalam dua hari terakhir dari membantu warga sipil yang melarikan diri menjadi mengevakuasi pasukannya sendiri. (AP/Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...