Menlu Australia: Rusia Merongrong Investigasi MH17
MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop seperti dikutip ABC pada Kamis (31/7) menyatakan kekhawatirannya Rusia “aktif merongrong” upaya investigasi tragedi Malaysia Airlines bernomer penerbangan MH17.
Bishop mengatakan sekitar 80 mayat mungkin masih berada di lokasi jatuhnya pesawat. Selama empat hari berturut-turut, tim Kepolisian Federal Australia (AFP) tak bersenjata bersama mitra mereka dari Eropa gagal mencapai reruntuhan pesawat karena pertempuran terus berkecamuk di daerah itu antara pemberontak dukungan Moskow dan pasukan pemerintah.
"Kita mendapat dukungan kuat dari Pemerintah Ukraina, tapi pertempuran terus terjadi dan tidak ada gencatan senjata," kata Bishop kepada ABC, "Saya khawatir Rusia aktif merongrong proses investigasi."
Sementara itu pemberontak di Ukraina timur dituduh memasang ranjau darat di jalan-jalan menuju lokasi jatuhnya MH17.
Juru bicara keamanan Ukraina Andriy Lysenko mengatakan, ranjau darat separatis tidak memungkinkan tim inspeksi internasional melaksanakan tugasnya.
ABC tidak dapat memeriksa secara independen klaim Lysenko itu.
Menlu Bishop mengatakan, Ukraina berada "di tengah perang penuh", namun ia berusaha mencari ketegasan laporan tersebut.
Ukraina adalah penandatangan perjanjian larangan ranjau darat, tetapi Rusia tidak.
Acara Perkabungan
Sementara itu, di Australia, Perdana Menteri Tony Abbott mengumumkan acara perkabungan diselenggarakan pada tanggal 7 Agustus di Melbourne untuk 38 warga negara dan penduduk tetap Australia yang tewas dalam tragedi MH17.
Abbott mengatakan, acara perkabungan lintas agama itu akan diadakan di Katedral St Patrick.
Sementara itu, Rusia menyerukan resolusi kedua Dewan Keamanan PBB sebelum tim Australia dan pasukan internasional diizinkan ke lokasi bencana MH17.
Charge d'Affaires Rusia di Canberra, Nikolay Nozdrev, mengatakan kepada Fairfax Media, Ukrainalah yang mencegah tim investigasi Belanda-Ausrtalia mencapai daerah itu.
Rusia menyatakan bekerja sama, tetapi Bishop mengatakan, Ukraina memberikan dukungan penuh.
"Ketika saya berbicara dengan pimpinan politik, mereka memastikan dibukanya jalur kemanusiaan dan gencatan senjata guna memungkinkan tim kita mencapai lokasi," kata Bishop kepada saluran televisi Channel Nine dari Kiev, "Tapi di lapangan pertempuran terus terjadi."
Menurut Bishop, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan berkomitmen untuk memastikan akses ke lokasi, tapi investigasi masih juga dihambat hingga kini.
Tim investigasi tidak sabar untuk memasuki lokasi, tapi lokasi itu tidak aman. (ABC)
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...