Menlu: Budaya Damai Harus Dijaga sebagai DNA ASEAN
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi,mengharapkan agar ASEAN dapat tetap menjaga 'budaya damai' sebagai DNA ASEAN.
Itu disampaikan ketika menghadiri perayaan ulang tahun ASEAN (ASEAN Day) ke-57 di ASEAN Headquarters, Jakarta (8/8).
“Di tengah situasi global yang tidak menentu saat ini, Kawasan mana yang relatif lebih stabil?" tanya Retno mengawali sambutannya. “Tentu saja jawabannya adalah Asia Tenggara. ASEAN telah memainkan peran pentingnya dalam menjaga perdamaian, stabilitas dan juga kemakmuran di kawasan ini," lanjutnya.
Sayangnya cerita mengenai stabilitas dan perdamaian di kawasan ini tidak sering dimunculkan. Menlu menyampaikan kita harus bersyukur memiliki ASEAN. Pertumbuhan di Kawasan tetap stabil di angka 4,5%, bahkan lebih besar dari pertumbuhan global.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan adanya pertumbuhan yang lebih signifikan lagi dari kawasan ini di masa yang akan datang, mengingat peran pentingnya sebagai hub perdagangan dan inovasi teknologi dunia.
Namun demikian, Menlu mengingatkan ASEAN untuk tidak berpuas diri terhadap capaian saat ini. Ada tiga hal yang perlu dijaga ASEAN agar budaya damai tetap jadi DNA ASEAN .
Pertama, ASEAN yang sesuai dengan tujuan pendiriannya. Menlu RI mengingatkan bahwa kepentingan rakyat harus tetap jadi prioritas ASEAN. “Karena itu, komitmen memajukan dan melindungi hak asasi manusia di Kawasan adalah suatu keniscayaan," katanya. Dia mendorong penguatan badan HAM ASEAN agar mampu menjawab berbagai tantangan HAM yang berkembang, termasuk isu peningkatan perdagangan manusia di kawasan.
Retno juga meminta ASEAN untuk tidak berdiam diri terhadap pelanggaran HAM berat di Palestina yang telah memakan korban lebih dari 40 ribu jiwa. Sebagai organisasi yang berlandaskan hukum, ASEAN harus terus menyuarakan pentingnya penghormatan hukum internasional secara konsisten dan mempunyai solidaritas untuk menghentikan genosida di Palestina dan memajukan proses perdamaian di Ukraina.
Kedua, ASEAN yang mampu menjawab tantangan. Menlu RI menggarisbawahi pentingnya ASEAN mampu beradaptasi dalam menghadapi tantangan di masa depan. Visi ASEAN 2045 yang saat ini tengah disiapkan, perlu dilengkapi dengan Rencana Strategis ASEAN yang berorientasi pada aksi nyata.
Rencana Strategis ini harus dapat membantu penguatan arsitektur kawasan sebagai pusat pertumbuhan, termasuk dengan memperkuat arsitektur kesehatan, ketahanan pangan dan energi, stabilitas keuangan, dan transformasi digital.
Ketiga, mencapai ASEAN yang hebat. “Inklusifitas dan kerja sama adalah kunci utama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan," kata Retno. Karena itu, ASEAN perlu terus mengarustamakan paradigma kolaborasi dan inklusifitas ini secara lebih luas, di luar ASEAN, utamanya melalui implementasi ASEAN Outlook on the Indo Pacific (AOIP).
Tahun lalu, pada saat keketuaan Indonesia di ASEAN, telah diselenggarakan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF). Sebagai tindak lanjut, ASEAN ABAC saat ini tengah membentuk ASEAN Indo-Pacific Business Network. Selain itu, ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) ke-2 juga akan diselenggarakan pada saat KTT di Laos Oktober mendatang.
ASEAN Day merupakan perayaan hari ulang tahun ASEAN yang diperingati setiap tanggal 8 Agustus. ASEAN resmi didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok oleh lima Menteri Luar Negeri dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.â
Editor : Sabar Subekti
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...