Menlu: Denmark-RI Perluas Kemitraan di Sektor Bisnis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Denmark, Kristian Jensen mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Denmark dan Indonesia untuk memperluas kemitraan di sektor bisnis dengan mempertimbangkan potensi-potensi yang besar bagi para pengusaha kedua negara dikembangkan di masa depan.
"Hubungan politik antara Denmark dan Indonesia telah terjalin lama dan kami sepakat untuk memperkuat kerja sama di sektor bisnis," kata Menlu Jensen dalam wawancara dengan wartawan Indonesia, Jakarta, hari Minggu (11/10).
Denmark mengundang wartawan Indonesia untuk mewawancarai Ratu Denmark Margrethe II dan suaminya Pangeran Consort, Menlu Jensen dan sejumlah pimpinan asosiasi dan pengusaha di Kopenhagen dan sekitarnya selama beberapa hari.
Kunjungan tersebut terkait dengan kunjungan kenegaraan pertama Ratu Denmark dan Pangeran Consort ke Indonesia pada 21-24 Oktober, yang disertai Menlu Jensen, Menteri Energi, Utilitas dan Iklim Lars Christian Lilleholt beserta pengusaha.
"Kami telah bertemu Menteri Luar Negeri RI Retno (L.P. Marsudi) di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York baru-baru ini untuk mempersiapkan kunjungan kenegaraan Ratu Denmark," kata Menlu Jensen.
Lebih jauh Menlu Denmark mengatakan dari perspektif negaranya, Indonesia masuk ke dalam jajaran kekuatan ekonomi terbesar di Asia terutama di kawasan ASEAN dipandang dari pertumbuhan ekonomi dan juga peningkatan jumlah kelas menengahnya.
Dikatakannya, alasan utama kunjungan kenegaraan Ratu Margrethe II dan Pangeran Consort yang disertai para pengusaha ialah untuk memperkuat kerja sama.
"Para pngusaha yang akan datang antara lain berasal dari sektor maritim, transportasi, energi dan agribisnis," katanya.
Hubungan diplomatik Indonesia-Denmark dimulai sejak tahun 1950 namun KBRI Kopenhagen sempat ditutup pada 1965 sampai kemudian dibuka kembali pada 1974.
Posisi penting kedua negara secara geoplitis saat ini dapat dijadikan peluang bagi peningkatan hubungan dalam berbagai kerangka kerja sama dan kolaborasi.
Denmark merupakan negara yang tergabung dalam Nordik dan Uni Eropa, dan Indonesia dalam ASEAN. Indonesia dipandang sebagai kekuatan pendorong dalam perhimpunan regional yang beranggota 10 negara itu dan hubungan lebih erat dengan Indonesia sebagai pusat akan membawa kemungkinan-kemungkinan baru bagi produksi di Indonesia.
Dengan penduduk 5,5 jiwa (Januari 2012) dan menganut sistem pasar terbuka serta GDP per kapita mencapai 278.000 DKK (2011), Denmark menyebut dirinya sebagai salah satu welfare state di wilayah Skandinavia. Pertumbuhan ekonoimi berdasarkan real GDP growth rata-rata di atas 2 persen tatapi dalam tahun 2011 hanya 1 persen. Ekspor adalah salah satu elemen penting dalam perekonomian negara ini dengan kelompok komoditas utama ialah produk kesehatan, minyak mentah, turbin angin dan makanan jadi.
Pada dasarnya perekonomian Denmark ditopang oleh sejumlah perusahaan swasta skala kecil dan relatif hanya sedikit perusahaan besar.
Terkena dampak krisis global tahun 2008/2009 situasi perekonomian Denmark masih belum pulih dari krisis. Namun IMF menilai bahwa Denmark masih berada dalam situasi baik untuk menghadapi tantangan kebijakan makro ekonomi dengan rendahnya hutang publik, status "net creditor" dan peringkat kredit yang kuat.
Krisis keuangan global di satu sisi dan krisis hutang yang masih berlangsung di negara-negara euro zone mempengaruhi ekspor Denmark ke pasar tradisionalnya di Eropa. Data statistik Denmark pada Agustus 2012 memperlihatkan ekspor Denmark ke negara-negara Uni Eropa mengalami penurunan sementara ekspor ke luar UE seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia mengalami peningkatan masing-masing sebesar 15,25 persen, 5,09 persen dan 54,65 persen.
Hal ini telah membuat Denmark mengubah strateginya untuk mencari pasar ekspor non-tradisional dan mempunyai potensi pasar yang tinggi termasuk Indonesia.
"Emerging Market Strategy for Indonesia" adalah salah satu di antara strategi Denmark yang ditujukan ke negara-negara yang perekonomiannya sedang berkembang pesat dalam upaya meningkatkan ekspor produk Denmark dan mengundang investasi asing ke dalam negerinya. Indonesia bersama dengan Korea Selatan, Meksiko, Turki dan Vietnam termasuk dalam kategori jajaran pasar yang sedang berkembang pesat dalam strategi tersebut.
Sebagai langkah awal implementasi strategi tersebut, Denmark mengirim delegasi bisnisnya ke negara-negara tersebut mulai tahun 2012. Khusus ke Indonesia telah dilaksanakan pengiriman misi dagang dan investasi yang beranggota 16 pengusaha di bawah pimpinan Menteri Perdagangan dan Investasi Denmark ke Jakarta pada Maret 2013.
"Para pengusaha Denmark menyadari peluang-peluang pasar Indonesia di sektor bisnis," kata Menlu Jensen.
Pengusaha Denmark mengakui mereka belum sepenuhnya mengeksplorasi pasar Indonesia. Kenyataannya, Indonesia hanya pasar ekspor terbesar ke-51 negara ini. Namun, Denmark memiliki banyak hal yang bisa ditawarkan.
Selama di Kopenhagen dan pinggiran ibu kota Denmark itu, para wartawan Indonesia bertemu dengan pimpinan Asosisasi Pemilik Kapal
Denmark, perusahaan inovasi dan solusi teknologi, lembaga lingkungan hidup, peternakan sapi, perguruan tinggi di bidang arsitektur, seni dan disain, dan produsen lampu hias gaya Denmark.
Deradikalisasi
Pada bagian lain Menlu Jensen juga menyebutkan usaha-usaha Denmark untuk menghentikan radikalisme dan ekstrimisme di kalangan warganya.
"Kami sangat gembira warga Denmark melawan dan menghentikan radikalisme dan ektrimisme di kalangan berbagai pemeluk agama," kata dia.
Dia menunjukkan contoh lebih 1.000 anak muda Denmark pergi ke Suriah untuk ikut perang di Suriah. Berkat kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari kepolisian, sekolah, para pemuka agama sampai orangtua, kata Menlu Jensen, berbagai usaha untuk mengurangi dan menghentikan radikalisme dan ektrimisme berhasil.
"Kami meningkatkan kerja sama dengan kelompok-kelompok moderat mengubah perilaku dan menyampaikan kepada generasi muda khususnya lewat pendidikan dan berbagai forum bahwa Denmark toleran dan menerima orang-orang dari berbagai kalangan berbeda agama," tambahnya.
Ketika berkunjung ke kantor Masyarakat Islam Denmark, puluhan siswa Denmark yang disertai guru mereka dari suatu sekolah sedang menghadiri diskusi tentang Islam dengan seorang nara sumber.
Mereka mengikuti forum ini sebagai bagian dari kurikulum yang diajarkan di sekolahnya, kata juru bicara Masyarakat Islam Denmark, Imran Syah.
Ditambahkan, mereka belajar untuk mengenal lebih dekat agama Islam dan berbagai aspeknya dengan nara sumber orang-orang Denmark yang memeluk agama Islam.
"Kami mengajari dan mendidik anak-anak muda yang beragama Islam di sini bahwa Anda punya masa depan sebagai warga negara Denmark walaupun berlatar belakang berbeda asal negara. Kewajiban mereka adalah berkontribusi bagi masyarakat," kata Imran, yang orangtuanya berasal dari Afghanistan.
Dia juga mengatakan bahwa pihaknya mendukung upaya-upaya berbagai pihak seperti kepolisian melalui program-program dan dialog-dialog mengatasi radikalisme dan ektrimisme. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...