Menlu G-7 Akan Bertemu Bahas Timur Tengah, dan Perang Rusia-Ukraina
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Menteri luar negeri negara-negara anggota G-7 pada hari Senin (25/11) bertemu di dekat Roma selama dua hari untuk membahas Timur Tengah dengan mitra regional, sebelum beralih ke Rusia dan perang di Ukraina.
Menteri G-7 juga akan membahas surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan kepala militer Hamas, "dan kemungkinan dampaknya terhadap krisis saat ini di Lebanon dan Gaza", kata kementerian luar negeri Italia.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, akan menghadiri pembicaraan di Fiuggi dan Anagni bersama menteri dari negara-negara G-7 lainnya, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, dan Jepang, yang diselenggarakan oleh Antonio Tajani dari Italia.
Sesi pertama pada Senin sore akan didedikasikan untuk situasi di Timur Tengah dan Laut Merah, khususnya upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.
Satu sesi akan mencakup menteri dari Arab Saudi, Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Qatar, serta sekretaris jenderal Liga Arab, kata Rome.
“Kami telah meminta kehadiran mitra di kawasan tersebut untuk mendorong dialog dengan para anggota G-7,” kata Tajani dalam sebuah pernyataan. “Hanya bersama-sama kita dapat menemukan solusi konkret yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas ke kawasan tersebut.”
Pada hari kedua pembicaraan pada Selasa, diskusi akan beralih ke Ukraina di hadapan menteri luar negeri negara yang dilanda perang itu, Andriy Sybiga.
Para pejabat akan membahas cara-cara untuk terus mendukung Kiev, prospek perdamaian, dan inisiatif untuk rekonstruksi di masa mendatang, kata Roma.
Pada hari yang sama di Brussels, para duta besar dari negara-negara NATO dan Ukraina akan mengadakan pembicaraan mengenai peluncuran rudal hipersonik jarak menengah eksperimental oleh Rusia.
Ketegangan di Asia-Pasifik juga menjadi agenda pertemuan G-7, dan Italia telah mengundang menteri luar negeri dari Korea Selatan, India, dan Filipina.
Para menteri G-7 juga diharapkan membahas krisis yang sedang berlangsung di Haiti dan Sudan, serta situasi politik di Venezuela.
ICC mengeluarkan surat perintah terhadap Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya Yoav Gallant serta Mohammed Deif dari Hamas pada hari Kamis (21/11) sebagai tanggapan atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang dalam perang Israel di Gaza, yang dipicu oleh serangan kelompok militan Palestina pada tanggal 7 Oktober 2023.
Israel dan sekutunya mengecam keputusan tersebut, tetapi disambut baik oleh Turki dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Beberapa negara mengatakan mereka akan mematuhi surat perintah ICC dan menangkap Netanyahu jika ia memasuki wilayah mereka, sementara negara-negara lain masih mempertimbangkan tanggapan mereka terhadap keputusan tersebut. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Muslim Syiah Lebanon Membayar Harga Mahal untuk Perang Israe...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Warga sipil Lebanon yang paling hancur oleh perang Israel-Hizbullah adalah M...