Menlu Prancis: Rusia Hanya Bicara Tidak Melawan NIIS
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menuduh Rusia yang menampilkan keberanian mengatasi krisisdi Suriah tidak didukung dengan tindakan terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
"Anda harus melihat siapa melakukan apa. Masyarakat internasional melawan Daesh (sebutan lain untuk NIIS-Red.). Prancis melawan Daesh. Rusia, untuk saat ini, sama sekali tidak," kata Fabius dalam konferensi pers di New York, hari Selasa (29/9), seperti dikutip AFP.
"Jika sebagai musuh teroris, maka normal untuk menyerang para teroris," tambah Fabius. Komentarnya itu muncul sehari setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengajak koalisi yang diperluas untuk melawan NIIS di Suriah. Putin mengatakan dalam debat umum di Majelis Umum PBB.
Pihak Moskow, yang tidak mengesampingkan kemungkinan menyerang NIIS , baru-baru mengirim bantuan militer untuk pemerintah Suriah.
"Pada dasarnya, apa yang penting dalam memerangi Daesh bukan melalui pernyataan di media, namun serangan yang sebenarnya dalam persamaan yang sederhana: Mereka yang menentang Daesh adalah mereka yang memerangi Daesh," kata Fabius.
Perancis adalah bagian dari koalisi anti NIIS di Irak dan Suriah yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Paris melancarkan serangan pertama pekan lalu, pada malam pembukaan sidang Majelis Umum PBB.
Membujuk Suriah
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, di tempat terpisah menyarankan Rusia dan Iran untuk membujuk orang kuat Suriah, Bashar Al-Assad, menghentikan serangan bom barel tanpa pandang bulu terhadap rakyat sendiri.
Rusia dan Iran adalah sekutu Suriah di bawah reziom Bashar Al-Assad. Kedua negara bahkan memberikan bantuan persenjataan kepada pemerintah Suriah.
Moskow dan Washington masih memperdebatkan secara tajam peran jangka panjang AL-Assad dalam upaya Mengakhiri perang saudara di Suriah, terkait transisi politik dan pembentukan pemerintahan baru. Kedua negara juga mulai berhati-hati dalam membahas upaya untuk mengalahkan NIIS.
Dalam sebuah wawancara dengan MSNBC News pada hari Selasa (29/9), Kerry menyatakan bahwa ada kemungkinan kerja sama dengan Moskow dan Teheran, sekutu setia Al-Assad untuk mempengaruhi dia dari dalam.
Kerry dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov berencana untuk bertemu kempali pekan ini membahas krisis Suria. "Saya melakukan pembicaraan dengan Lavrov tentang hal itu dan saya berbicara dengan Iran tentang hal itu," kata Kerry.
Kerry mengatakan "mereka berdua dalam posisi yang mungkin dipertukarkan untuk dilakukan. Mereka mungkin memutuskan untuk mencegah Al-Assad menjatuhkan bom barel."
Bom barel yang digunakan pasukan Al-Assad telah menjadi simbol kekejaman dalam serangan menekan pemberontakan yang melawan pemerintahannya. Senjata ini dikemas dalam drum yang berisi peluru dan dijatuhkan dari helikopter.
Negara-negara Barat berpendapat bahwa taktik syang dilakukan Al-Assad menjadikan dia tidak pantas berkuasa, namun pihak Moskow dan Teheran mengatakan bahwa Al-Assad tetap pemimpin yang sah dari Suriah dan benteng dalam melawan kelompok jihadis.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...