Menlu: Protes Penghargaan Kepada SBY Disayangkan dan Ironi
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri, Marti Natalegawa, menyebutkan bahwa protes yang dilakukan masyarakat di Indonesia terhadap Appeal Conscience Foundation yang akan memberikan penghargaan World Stateman Awards kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ironi.
Marti Natalegawa mengatakan hal itu kepada Voice of America (VOA) ketika ditemui di sela-sela Konferensi Indonesia di Washington, Kamis (16/5) pagi waktu setempat. Dia mengatakan, menyayangkan protes dan petisi menolak penghargaan itu.
“Di masa lalu, dunia memiliki deficit-trust pada Indonesia, kita yang di dalam negeri berupaya keras mempromosikan Indonesia dengan meminta dunia memberi kesempatan dan tidak bersikap apriori terlebih dahulu. Berkat upaya kita di dalam negeri dengan mendorong pembangunan ekonomi dan reformasi, lalu menyampaikan pesan itu kepada dunia, dan setelah sekian lama dunia pun mengakui. Sekarang justru ironi, karena kita di dalam negeri justru tidak mengakui kemajuan itu,” ujar Marti Natalegawa seperti yang dimuat dalam situs voaindonesia.com.
Lebih jauh Marti Natalegawa mengatakan bahwa Presiden SBY memahami banyak perbaikan harus dilakukan di Indonesia. Menurut dia, setiap rapat kabinet atau pertemuan khusus, SBY selalu meminta para menteri melaporkan masalah yang ada dan upaya memperbaikinya, termasuk soal kelompok minoritas.
Seperti diberitakan, bahwa berbagai kalangan telah menyatakan protes atas penghargaan itu, karena selama ini pemerintah hanya berdiam dan membiarkan kasus kekerasan atas nama agama terjadi. Bahkan beberapa kasus yang sudah mempunyai kekuatan hukum dan merupakan perlawanan terhadap konstitusi juga tidak ditangani dengan serius.
Protes kepada ACF dilakukan dengan mengirim surat ke ACF, berbagai aksi demonstrasi dan pernyataan sikap, serta petisi yang disebarkan dalam jaringan online (change.org). Surat protes antara lain disampaikan oleh Frans Magnis-Suseno, seorang imam Katolik dan pengajar filsafat.
Marti menambahkan, “Presiden SBY selalu mengatakan, tampilkan Indonesia apa adanya, tidak perlu bicara soal kemajuan, karena biar orang lain yang bicara soal kemajuan Indonesia. Saya – maksudnya Presiden SBY – justru menyampaikan persoalan yang kita hadapi dan upaya mengatasinya. Beliau justru yang minta kami laporkan kekurangan yang ada dan upaya memperbaikinya. Jadi kalau sekarang masyarakat internasional menganugerahkan penghargaan kepada Presiden SBY, berarti itu juga kepada Indonesia. Bukan berarti Indonesia sudah 100 persen baik. Ini penghargaan atas upaya yang telah dilakukan Indonesia, yang tentunya akan terus didorong kemajuannya. Protes atas penghargaan ini justru memberikan mix-signal ke luar negeri”.
Menurut pernyataan pers yang dikeluarkan juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha, World Statesman Award 2013 atau Penghargaan Negarawan Dunia 2013 itu akan diberikan oleh Rabbi Arthur Schneier di New York pada 30 Mei mendatang. Seharusnya penghargaan itu diberikan pada bulan November, tetapi karena pada akhir Mei ini Presiden SBY akan menghadiri sidang PBB di New York, maka upacara penganugerahan dipercepat.
Appeal of Conscience Foundation adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh Rabbi Arthur Scheier, tahun 1965. Yayasan ini pernah memberikan penghargaan World Statesman Awards kepada tokoh yang dinilai berjasa dalam kebebasan beragama, HAM, peningkatan perdamaian, toleransi dan penyelesaian konflik antar-etnis. Tokoh yang pernah menerima penghargaan ini antara lain mantan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown (2009), mantan Presiden Korea Selatan, Lee Myung-Bak (2011), dan Perdana Menteri Kanada, Stephen Harpe (2012).
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...