Menperin Resmikan Pabrik Minyak Pelumas Shell di Bekasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perindustrian, Mohamad S Hidayat, meresmikan pembangunan Pabrik Minyak Pelumas Shell pada Selasa (20/8) di Jakarta. Industri pelumas merupakan salah satu industri strategis dengan pertumbuhan yang cukup pesat. Ini didukung semakin berkembangnya sektor industri di Indonesia.
Pembangunan pabrik minyak pelumas Shell di Indonesia merupakan pabrik keenam di negara-negara ASEAN setelah Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Pabrik yang berdiri diatas tanah seluas 75.000 meter persegi, dengan kapasitas produksi sebesar 120.000 ton per tahun, dibangun di Marunda Center, Bekasi. Menjadikan pabrik tersebut sebagai pabrik pelumas terbesar di Indonesia, yang dioperasikan oleh perusahaan internasional. Diharapkan pabrik ini akan memasok pelumas bermutu tinggi dari berbagai jenis, untuk memenuhi kebutuhan pasar consumer, transportasi, industrial, dan kelautan dalam negeri, juga dapat menghasilkan produk pelumas handal di Indonesia dan dunia.
Pada kesempatan ini juga, Hidayat memberikan apresiasi kepada Shell atas pembangunan pabrik minyak pelumasnya yang pertama di Indonesia. “Kami mengucapkan terima kepada Shell telah memilih Indonesia sebagai tempat untuk berinvestasi sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan akan menumbuhkan perekonomian nasional. Di samping itu, kami juga mendukung Shell yang akan menerapkan program pemerintah dalam mengembangkan industri berwawasan lingkungan atau industri hijau dengan mewujudkan komitmen sustainable development,” lanjut Hidayat.
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini, terdapat lebih dari 200 produsen pelumas di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah terutama di Pulau Jawa. Kapasitas produksi terpasang mencapai 700.000 kilo liter per tahun, dengan nilai omzet diperkirakan mencapai lebih dari Rp 7 triliun. Potensi produksi pelumas yang tinggi tersebut akan dapat mendorong ekspor pelumas ke negara-negara ASEAN, Jepang, China, Korea Selatan, Timur Tengah, maupun Uni Eropa.
Menperin mengatakan, industri pelumas saat ini mendapat tantangan dengan bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Hal ini menjadikan industri pelumas di Indonesia masih sebatas formulasi dan pencampuran (compounding), belum terintegrasi antara industri hulu (upstream) dan hilir (downstream). Oleh sebab itu, perlu menjaga rantai pasok bahan bakar sehingga menghasilkan pelumas yang terintegrasi dengan minyak dan minyak dasar pelumas (lube base oil).
Selain itu, industri pelumas juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah karena menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, serta pengembangan teknologi produk agar konsumsi energi menurun dan menghasilkan produk yang inovatif. Diharapkan, Shell dapat menjawab tantangan yang dihadapi industri pelumas sehingga mengurangi ketergantungan atas bahan baku dan aditif impor.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...