Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:02 WIB | Sabtu, 13 Agustus 2016

Mensos: Pendidikan Indonesia Miliki Kekayaan Metode Belajar

Ilustrasi: Siswa Sekolah Dasar (SD) sedang mengikuti upacara di hari pertama sekolah. (Foto: Dok.satuharapan.com/Dedy Istanto)

PANGKALPINANG, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sekolah sehari penuh atau "full day school" tidak bisa diterapkan untuk seluruh sekolah, karena lembaga pendidikan di Indonesia memiliki kekayaan metode belajar mengajar yang efektif untuk situasi yang berbeda.

"Bergantung daerah, kesiapan sekolah dan sarana prasarana yang ada di sekolah. Kalau di sekolah yang ada enam kelas, gurunya cuma ada dua atau tiga, sekolah sehari penuh pasti memberatkan guru," kata Khofifah di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (12/8).

Khofifah mengatakan, anak-anaknya sendiri semua bersekolah di sekolah yang menerapkan sistem sehari penuh. Dia pun mengelola sekolah dengan sistem sehari penuh.

Namun, Khofifah mengatakan daerah satu tidak bisa disamakan dengan daerah lain. Sangat mungkin ada daerah yang anak-anaknya perlu waktu kebersamaan dengan keluarga lebih banyak, sehingga tidak bisa diterapkan sekolah sehari penuh.

"Tetapi mungkin di kota ada sekolah yang bisa menerapkan sehari penuh. Guru-gurunya mumpuni, ada tempat ibadah, laboratorium, lapangan olahraga, dan lain-lain. Kalau semua fasilitas itu ada, sekolah sehari penuh menjadi keniscayaan," katanya.

Bila sekolah memiliki fasilitas yang lengkap, agar murid bisa melatih seluruh kemampuannya di berbagai bidang dan jumlah dan kemampuan gurunya cukup memadai, maka sekolah sehari penuh sangat memungkinkan diterapkan.

Khofifah, kemudian mencontohkan pendidikan di pondok pesantren, yang tidak hanya sehari penuh, tetapi sepanjang waktu karena santri harus menginap di asrama.

"Contohnya anak saya sendiri yang bersekolah di pesantren. Malam hari pun dia masih harus masuk kelas," katanya.

Bekasi Dorong Full Day School Dikaji Ulang

Sementara itu, Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan kajian ulang terhadap wacana penerapan program "full day school" atau sehari penuh di sekolah.

"Butuh kajian matang mengenai wacana penerapan sistem sekolah sehari penuh karena pertimbangan stamina dan psikologis pengajar maupun siswa," kata Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu di Bekasi, Jumat (12/8).

Menurut dia, tidak seluruh sekolah di wilayahnya sanggup mengimplementasikan kebijakan itu, sehingga perlu dilakukan survei terhadap kemampuan sekolah.

"Bagi sekolah yang dapat menyesuaikan kebijakan itu, silakan saja. Inikan karena digeneralisasi, sebab ada sekolah yang tidak siap. Itu yang jadi masalah," katanya.

Menurut dia, Kemendikbud perlu mengkaji ulang kebijakan itu secara matang terkait dengan kesiapan sarana dan prasarananya.

"Mungkin kalau sekolah swasta sudah ada sebagian yang menerapkan full day school, itu karena kebanyakan orangtua mereka adalah para pegawai yang menitipkan anaknya di sekolah tersebut agar aman," katanya.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi Ali Fauzi mengatakan belum siap untuk menerapkan gagasan tersebut di sekolah negeri Kota Bekasi.

"Kita harus melihat secara utuh, baik itu fasilitas dan sumber daya manusia (SDM). Dari itu semua tampaknya Kota Bekasi belum memenuhi kesiapan gagasan yang dilakukan Mendikbud," katanya.

Namun bila kebijakan itu tetap dipaksakan, kata dia, pihaknya akan menerapkan aturan itu secara bertahap di sekolah negeri.

"Sekolah negeri belum bisa, karena belajarnya saja masih dua shift, apalagi guru itu jam kerjanya 37,5 jam per minggu. Artinya, guru masuk pada pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB setiap harinya," katanya. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home