Mental Gratisan
SATU HARAPAN.COM – Suatu malam saya bermimpi aneh. Saya bertemu seorang karyawan yang sedang kelaparan dan ingin makan di warung. Herannya dia mendatangi setiap warung untuk mencari makanan gratisan atau paling tidak membeli makanan dengan harga paling murah! Saya terbangun dan heran dengan mental orang tersebut. Dia pasti punya uang, mungkin pas-pasan, tetapi tidak mau menggunakannya. Maunya gratis!
Saya langsung teringat obrolan bersama teman tentang tren di pesta undangan. Mental ”hungry pig” telah membudaya di masyarakat—makan sebanyak-banyaknya sambil hura-hura, mumpung gratis, lalu membungkus makanan sebanyak mungkin. Mental dan cara berpikir seperti itu sejatinya perlu dihindari agar kita tidak sungguh-sungguh menjadi seperti ”pig”, selalu lapar dan hanya memikirkan perut. Sebab ada yang lebih penting ketimbang hawa nafsu dan perut.
Bukan hanya oportunis dalam soal makanan yang perlu kita hindari, namun juga dalam bidang lainnya. Itu jugalah yang saya pelajari dari seorang teman yang tertimpa musibah: tokonya habis terbakar karena korsleting listrik. Namun demikian, dia menolak halus saat diberi sumbangan. Dia ingin bangkit lagi dengan usaha sendiri.
Meski dana terbatas, dan karena itulah, kita perlu mengggunakannya dengan penuh rasa syukur. Yang penting, jangan apa-apa mengharapkan gratis. Sebaliknya kita perlu belajar menghargai kerja keras kita sendiri dan usaha orang lain, belajar hidup sopan, dan tidak rakus. Nah, pada titik ini pula, keluarga dapat menjadi tempat pesemaian nilai-nilai kerja keras bagi generasi muda untuk memberantas mental gratisan.
email: inspirasi@satuharapan.com
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...